Karyawan supermarket mengunggah kenaikan harga di media sosial, menunjukkan harga sebelumnya dan harga sekarang.
Barang-barang itu bervariasi seperti margarine (di atas) dan minyak zaitun, teh, kopi, sabun cuci serta tisu toilet.
Sebuah toko roti di kota terbesar ketiga Turki, Izmir, memasang pengumuman untuk menjelaskan kenaikan harga dengan mencantumkan kenaikan harga bahan-bahan yang diperlukan seperti tepung, minyak dan wijen. Pengumuman itu ditutup dengan kata-kata: "Semoga Tuhan menyertai kita".
Uang dalam mata uang asing menjadi persoalan bagi sektor swasta dan sebagian besar perusahaan menahan produk mereka di gudang karena lebih menguntungkan dibanding menjualnya, karena votalitas lira dan inflasi.
Semua ini menambah angka kemiskinan dan melebarkan jurang pendapatan serta jurang kekayaan.
Anak-anak muda marah
Antrean terjadi di stasiun pengisian bahan bakar umum dan kantor pemerintah yang menawarkan roti dengan harga miring.
Pada waktu yang sama, partai-partai oposisi mendesak pemilihan umum yang dipercepat. Ketika lira merosot 18% dalam tempo sehari pada tanggal 23 November, terjadi unjuk rasa dan puluhan warga ditangkap.
Namun ungkapan kemarahan yang paling bisa diamati dari kalangan generasi muda Turki disampaikan lewat Twitter, streaming langsung di Twitch, video TikTok dan YouTube.
"Saya tidak senang dengan pemerintah sama sekali. Saya tidak bisa membayangkan masa depan bagi saya sendiri di negara ini," kata seorang pemuda kepada wartawan di salah satu saluran YouTube.
Satu dari lima warga muda di Turki menganggur, bahkan jumlah perempuan yang menganggur lebih besar lagi.
Turki tercatat sebagai negara tertinggi keempat di dunia dari segi jumlah penduduk muda yang tidak bekerja, tidak bersekolah atau mendapat pelatihan, menurut OECD.
Kelompok penduduk muda ini membandingkan taraf hidup mereka dengan taraf hidup di negara-negara lain.
"Bagi warga muda di Amerika Serikat atau Eropa, mereka bisa dengan mudah membeli ponsel iPhone dengan gaji mereka, kata seorang pemuda berusia 18 tahun. "Kalau pun saya bekerja sampai berbulan-bulan, saya tak mampu membelinya. Itu tak pantas terjadi pada saya."
Generasi muda siap memainkan peran penting di dunia politik Turki yang telah diperintah oleh partai pimpinan Erdogan, Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) sejak 2002.
Hampir sembilan juta warga Turki yang dilahirkan sesudah akhir 1990-an akan mempunyai hak memilih dalam pemlu tahun 2023 dan fakta itu bisa menimbulkan masalah bagi AKP.
'Tak mungkin menerka-nerka'
Keberhasilan partai berkuasa antara lain ditopang adanya dana asing setelah krisis keuangan tahun 2008.
Akan tetapi sebagian besar pertumbuhan ekonomi digerakkan oleh belanja pemerintah dan pinjaman yang lebih diarahkan ke industri konstruksi.
Akibatnya, produksi tetap tetap tergantung pada impor dan ekonomi diombang-ambingkan oleh fluktuasi mata uang.
Tak banyak orang yang percaya model ekonomi Erdogan bakal menolong lira Turki.
Di tengah ketidakpastian itu, ekonom Arda Tunca mengatakan tak dapat diperkirakan apa yang akan terjadi di kemudian hari.
"Inilah pertama kalinua kami menerapkan model yang benar-benar di luar teori ekonomi. Ketika terjadi krisis sebelumnya kami dapat menerka-nerka apa yang akan terjadi. Sekarang tidak mungkin," katanya.
(Taufik Fajar)