JAKARTA - Perburuan koin dinasti awal Islam di Situs Bongal, Tapanuli Tengah, masih berlangsung. Salah satunya dilakukan pencari harta karun situs Bongal Tapanuli Tengah, Hasmiran Tanjung.
Hasmiran Tanjung pun menunjukan ember yang isinya pecahan gerabah, keramik, gelas-gelas, patung kayu, batu-batuan, koin, dan sejarah panjang yang membentang nyaris tiga belas abad.
Hasmiran adalah pegiat situs sejarah di Jago-jago, Kecamatan Badiri, Kabupaten Tapanuli Tengah. Desa yang menjadi pusat perhatian berkat penemuan koin-koin kuno yang diperkirakan berasal dari masa dinasti Umayyah dan Abbasiyah pada abad keenam Masehi.
Urusan gali menggali, Desa Jago-jago memang sudah sohor duluan. Dari sinilah, sejak 2010 batu-batu akik ditambang.
"Booming tahun 2015. (Jenis batunya) kalsedon yang warna merah-merah pantai," kata Hasmiran yang sekarang turut berburu harta karun di antara kanal-kanal kebun kelapa sawit yang kurang terawat, dilansir dari BBC Indonesia, Senin (6/12/2021).
Untuk mendapatkan harta karun itu, penduduk setempat menyelam di kanal dengan kedalaman satu hingga tiga meter. senjata menyelam hanya sekop dan bak.
Hasmiran setidaknya sudah mendapatkan empat koin dari hasil kerja kerasnya. Semuanya pun telah ludes terjual.
"Harga koin yang pertama ditemukan murah-murah, ada yang seratus ribu ada yang tiga ratus ribu, karena tak tahu. Setelah tim arkeolog turun barulah tahu," kata dia.
Baca Juga: 3 Negara Penyimpan Harta Karun Terbesar, Salah Satunya Indonesia
Pengetahuan dan wawasannya makin terasah karena dia juga ikut forum-forum barang antik di media sosial.
"Kadang-kadang jumpa juga dengan orang Palembang, kutunjukkan ini (artefak) dari Tap-Teng (Tapanuli Tengah) dari zaman Khalifah Abbasiyah. Kalau dia kan Zaman Sriwijaya. Manik-maniknya sama dengan yang ada di sini," kata dia.
Dari forum online ini pula transaksi juga bisa terjadi. Barang-barang dikirim kepada para kolektor, termasuk politisi masyhur dari Jakarta, kata si petambang.
Sementara itu, Demam berburu koin emas, sebut dia, kira-kira bermula sejak 2017.
"Awalnya Pak Siregar, dia juga penyelamat situs ini, berkebun di sana. Membuat parit untuk drainase kebun. Di situ ada koin, butiran, serbu [emas]," kata Hasmiran.
Setelah penemuan itu, lubang-lubang galian mulai dibuka untuk mencari emas. Tapi saat itu warga hanya mengambil benda yang bernilai ekonomis saja.
"Walaupun koin, kalau tak ada kandungan emasnya ya dibuang," tambahnya.
Hasil temuan warga kebanyakan tak bernilai ekonomis, tetap Hasmiran tetap menyisihkannya dekat wilayah penggalian agar bisa dimanfaatkan untuk disimpan atau penelitian.