JAKARTA - Indonesia masih menghadapi ketidakpastian akibat situasi pandemi covid-19 tak berkesudahan. Meski jutaan dosis vaksin telah disuntikkan kepada masyarakat, kemunculan berbagai varian baru mau tak mau membuat Indonesia harus waspada akan adanya lonjakan kasus Covid-19.
Sebagaimana yang telah diketahui bersama, Juli 2021 lalu Indonesia mengalami mimpi buruk akibat penyebaran Covid-19 varian Delta. Masa itu belum banyak masyarakat yang mendapatkan dosis vaksinnya. Akibatnya, ratusan ribu nyawa harus gugur.
Hilangnya anggota keluarga berarti tatanan hidup ikut berubah pula. Sayangnya masih banyak masyarakat Indonesia yang belum mendapatkan edukasi keuangan dengan baik. Akibatnya, banyak masyarakat yang belum siap secara finansial menjalani kehidupan barunya.
Baca Juga: Periskop 2022: Deretan Bisnis yang Menjanjikan Tahun Ini
Oleh karena itu, Perencana Keuangan dari Advisors Alliance Group Indonesia, Andy Nugroho memberikan sejumlah tips mengelola keuangan untuk menghadapi situasi ini. Menurutnya, rencana keuangan itu ibaratkan strategi dalam permainan sepak bola.
“Ibaratnya main bola, ada yang pakai strategi beda-beda,” ucapnya kepada Okezone, Jakarta.
Dengan rencana keuangan, masyarakat akan lebih tahu untuk pos apa saja uang mereka dihabiskan. Dia sendiri menyarankan untuk menggunakan strategi 55:10:10:10:10:5. Lalu, terbagi ke dalam pos apa sajakah strategi itu? Simak rinciannya di bawah ini.
- 55% untuk kebutuhan sehari-hari
Pos dengan anggaran terbesar menurut versi Andy adalah kebutuhan sehari-hari. Pada pos ini, pembayaran cicilan juga termasuk. Zaman sekarang, masyarakat memiliki cicilan rumah atau kendaraan yang sifatnya bulanan.
Baca Juga: Periskop 2022: Indonesia Siap Produksi 2 Vaksin Covid-19
- 10% untuk dana darurat
Pos selanjutnya yaitu dana darurat dengan persentase 10%. Jika bisa, jumlah dana darurat yang disimpan masyarakat jumlahnya tiga kali lipat lebih besar dari gaji.
“Dana darurat idealnya tiga kali gaji. Sementara kita menyisihkan 10% dari gaji misal gaji kita 5 juta. Berarti nabung 500 ribu. Artinya dana darurat 15 juta. Jangankan 15 juta, menyisihkan 500 ribu jadi 15 juta aja lama, 30 bulan masih lama,” papar dia.
Maka dari itu, Andy sangat menyarankan masyarakat menyisihkan dana darurat untuk membayar premi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan ataupun asuransi kesehatan lainnya. Saat memiliki jaminan kesehatan, biaya perawatan pihak tertanggung akan secara otomatis dibayarkan oleh pihak asuransi.