Periskop 2022: Cermat Kelola Keuangan agar Tak Boncos

Zikra Mulia Irawati, Jurnalis
Rabu 05 Januari 2022 07:16 WIB
Tips mengelola keuangan di tahun baru (Foto: Shutterstock)
Share :

“Dana darurat ini bisa diwujudkan dalam asuransi kesehatan atau premi BPJS. Karena dengan kondisi sekarang yang kita rentan sakit dan kalaupun sakit pasti butuh banyak biaya daripada penghasilan kita. Daripada penghasilan kita lebih habis lagi untuk berobat, mending untuk bayar premi BPJS, lah, minimal atau premi asuransi kesehatan,” imbuh Andy.

Jika masyarakat ingin menyimpan dana darurat berupa uang tunai pun sah-sah saja menurutnya. Kembali ke situasi jika seseorang jatuh sakit dan harus dirawat inap, berbagai kebutuhan seperti transportasi dan kebutuhan orang yang merawat tetap membutuhkan dana tunai.

“Tapi kalau kita dirawat ke rumah sakit kan kita tetap butuh uang transport lah, atau orang yang nungguin kita sakit: makannya dia, penginapannya dia. Dari mana dapet uangnya? Ya dari dana darurat itu tadi. Jadi mungkin dana daruratnya bisa dibagi dua, pertama untuk bayar premi asuransi kesehatannya atau BPJS dan kedua untuk pegangan cash-nya kita,” paparnya.

- 10% untuk ditabung/diinvestasikan

Persentase 10% selanjutnya dialokasikan untuk pos yang tak kalah pentingnya, yaitu tabungan atau investasi. Masyarakat Indonesia yang cenderung mencari aman masih mengandalkan tabungan untuk menyimpan asetnya.

“Kalau melihat dari kondisi saat ini, orang masih banyak yang cenderung wait and see. Dana deposan di bank kan makin banyak aja. Cuma kalau saya melihatnya adalah dengan tergantung bagaimana pada pemerintah bisa mengendalikan Covid ini. Kalau saya, sih, melihatnya Indonesia sekarang bagus banget dengan Q3 yang udah positif,” kata Andy.

Kabar baiknya, masyarakat Indonesia kini telah lebih melek investasi. Hanya saja, hal yang masih disayangkan Andy adalah keinginan masyarakat agar mendapatkan imbal hasil besar dengan cepat. Pola ini sering kali membuat masyarakat kurang memperhatikan risiko yang menanti di kemudian hari.

“Kalau yang saya perhatikan selama pandemi ini adalah temen-temen milenial ini mulai demam investasi terutama kripto. Saya bilang sih enggak salah. Ya, asalkan jangan asal, tapi harus dianalisa dulu terutama risikonya. Jangan hanya dilihat imbal hasil,” pesan Andy.

Jika masih tetap ingin berinvestasi, dia menyarankan agar masyarakat mencoba investasi saham, Obligasi Ritel Indonesia (ORI), sukuk ritel, atau reksadana saham. Menurutnya, investasi-investasi tersebut dapat memberikan imbal hasil yang besar dengan profil risiko yang lebih rendah dibandingkan kripto.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya