Sementara itu, Lulusan Perguruan Tinggi Harun Yaman, mengatakan telah memutuskan pergi ke Eropa. Targetnya adalah memulai kehidupan baru di Irlandia.
Sejak lulus pada 2018, Harun berjuang mencari pekerjaan sesuai bidang studinya. Saat ini dia bekerja di depo sebuah perusahaan tekstil.
Harun berharap bisa menetap di Irlandia melalui program 'Bekerja dan Belajar' pemerintah setempat.
"Saya tidak melihat harapan atau cahaya apa pun untuk masa depan di Turki. Itulah mengapa saya ingin pergi," ujarnya.
Ada biaya yang harus dibayar untuk mendaftar program itu di Irlandia. Harun telah membayar sebagian ongkos itu.
Namun penurunan tajam nilai lira Turki mengganggu rencananya. Sekarang dia membutuhkan lebih banyak waktu untuk menabung dan melunasi biaya dalam mata uang euro.
"Saya tidak memiliki kehidupan sosial di Turki. Saya bekerja lebih dari 10 jam sehari," ujarnya.
"Krisis mata uang mengurangi daya beli kami. Kami memiliki begitu banyak masalah. Kebijakan keliru pemerintah memicu kemiskinan pada banyak orang dan menyebabkan perpecahan di masyarakat," kata Harun.
Lebih dari 70% warga Turki memimpikan kehidupan di luar negeri. Menurut data resmi, kebanyakan orang yang meninggalkan Turki berusia antara 25 dan 29 tahun.
(Feby Novalius)