4 Fakta Hilirisasi Batu Bara Hasilkan Gas Baru Bisa Dipakai untuk Masak

Shelma Rachmahyanti, Jurnalis
Minggu 30 Januari 2022 03:42 WIB
Batu Bara (Foto: Okezone)
Share :

JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) groundbreaking proyek hilirisasi batu bara ke Dimetil Eter (DME) di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan.

DME nantinya akan menggantikan peran LPG yang saat ini impornya sangat besar. Tercatat, impor LPG mencapai Rp80 triliun dan pemerintah menghabiskan Rp60 triliun hingga Rp70 triliun untuk subsidi LPG.

Berikut fakta-fakta hilirisasi batu bara hasilkan gas baru bisa dipakai untuk masak yang dirangkum di Jakarta, Minggu (30/1/2022).

1. Apa Itu DME?

Mengutip laman Badan Litbang Kementerian ESDM, DME memiliki kemiripan dengan komponen LPG, yaitu terdiri atas propan dan butana, sehingga DME bisa diterapkan serupa layaknya LPG.

DME berasal dari berbagai sumber, baik bahan bakar fosil maupun yang dapat diperbaharui. Dalam hal ini, pemerintah berupaya menggunakan batu bara untuk dijadikan DME.

DME merupakan senyawa bening yang tidak berwarna, ramah lingkungan dan tidak beracun, tidak merusak ozon, tidak menghasilkan particulate matter (PM) dan NOx, tidak mengandung sulfur, mempunyai nyala api biru, memiliki berat jenis 0,74 pada 60/60. 

DME pada kondisi ruang yaitu 250C dan 1 atm berupa senyawa stabil berbentuk uap dengan tekanan uap jenuh sebesar 120 psig (8,16 atm). DME ini mempunyai kesetaraan energi dengan LPG berkisar 1,56-1,76 dengan nilai kalor DME sebesar 30,5 dan LPG 50,56 MJ/kg.

Pada awalnya DME digunakan sebagai sebagai solvent, aerosol propellant, dan refrigerant. Namun saat ini, DME sudah banyak digunakan sebagai bahan bakar kendaraan, rumah tangga, dan genset.

2. Proyek Serap 30.000 Tenaga Kerja Baru

Proyek gasifikasi batu bara di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan memberi dampak besar terhadap lapangan kerja. Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengungkapkan, setidaknya ada 30 ribu lebih tenaga kerja yang terserap di proyek ini baik langsung maupun tidak langsung.

"Pekerjaan ini menghasilkan lapangan kerja bagi 12-13 ribu tenaga kerja konstruksi dari Air Products, 11-12 ribu tenaga kerja hilir oleh Pertamina," ujarnya, dikutip dari tayangan video di YouTube Sekretariat Presiden.

Belum lagi, jika sudah beroperasi, akan ada 3.000 tenaga kerja langsung yang terserap. "Kalau yang tidak langsung seperti kontraktor dan lain-lain bisa 3-4 kali lipatnya," kata Bahlil.

3. Berpotensi Kurangi Konsumsi LPG

Jika beroperasi sesuai rencana, produk Dimetil Eter (DME) yang dihasilkan akan mengurangi konsumsi LPG. Dengan begitu, subsidi LPG juga akan menciut.

"Impor LPG Ini 6-7 juta ton per tahun, subsidi kita cukup besar. Tiap 1 juta ton hilirisasi batu bara, Rp 6-7 triliun efisiensi subsidi," jelas Bahlil.

4. Impor LPG Indonesia Capai Rp80 Triliun

Tak cuma kemandirian energi, alasan kuat dibalik dimulainya proyek ini adalah karena Indonesia sudah terlalu nyaman impor LPG. Padahal, Indonesia memiliki bahan baku yang bisa diolah menjadi gas serupa.

Jokowi menyebutkan, impor LPG Indonesia mencapai Rp80 triliun, belum lagi dengan subsidinya.

"Impor LPG kita ini gede banget, mungkin Rp80-an triliun dari kebutuhan Rp100-an triliun impornya. Itu pun harus disubsidi untuk sampai ke masyarakat karena harganya sudah tinggi sekali, Rp60-70 triliun subsidinya," ujar Jokowi.

(Taufik Fajar)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya