JAKARTA - Presidensi G20 Indonesia diharapkan dapat mengedepankan pembahasan solusi masalah ekonomi akibat perang Rusia dan Ukraina. Indonesia perlu memperbarui isu-isu strategis yang dibahas di rangkaian G20, agar dampak-dampak ekonomi dari konfrontasi militer Rusia-Ukraina dapat diatasi.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan dampak ekonomi dari konflik Rusia-Ukraina telah memperdalam krisis ekonomi global.
“Saya kira harus ada agenda antisipasi di forum Presidensi G20 terkait gejolak-gejolak yang sudah ada terkait fluktuasi harga minyak, harga komoditas di global,” ujarnya, Selasa (22/3/2022).
Perang Rusia dan Ukraina memicu peningkatan tajam pada harga komoditas, khususnya komoditas energi seperti minyak dan juga pangan seperti gandum. Rusia merupakan salah satu produsen minyak bumi terbesar di dunia.
Di sisi lain, Rusia juga produsen utama logam dan besi baja. Sementara, Ukraina merupakan salah satu negara produsen pertanian utama, dengan produk utamanya yakni gandum yang diekspor ke Benua Asia dan Afrika.
Tauhid mengatakan dalam Presidensi G20, Indonesia tidak perlu mengarahkan jalan konflik Rusia-Ukraina ke ranah solusi politik. Forum kelompok ekonomi-ekonomi terbesar dunia itu perlu menitikberatkan pada pencegahan dampak ekonomi dari ketegangan Rusia-Ukraina.
“Mungkin untuk agenda perdamaiannya ada di PBB. Tapi dampak ekonomi agenda G20 harus diantisipasi, bukan mengarah ikut ke pihak lain, tapi antisipasi yang harus dilakukan dalam ranah perdagangan antara negara,” ujar dia.