Namun, kedua harga acuan turun sekitar 5,0% pada Selasa (19/4/2022) setelah Dana Moneter Internasional memangkas perkiraan pertumbuhan globalnya hampir satu poin%tase penuh, mengutip dampak ekonomi dari perang Rusia di Ukraina dan memperingatkan bahwa inflasi telah menjadi "jelas dan menghadirkan bahaya" bagi banyak negara.
"Melemahnya pertumbuhan dan meningkatnya tekanan inflasi hanya bisa berarti satu hal: momok stagflasi menggantung di atas ekonomi global," kata analis P.M, Stephen Greenock.
Melanjutkan penguncian virus corona di China juga telah merusak permintaan di importir minyak mentah utama dunia dan membebani harga.
Komisi Eropa sedang bekerja untuk mempercepat ketersediaan pasokan energi alternatif untuk mencoba memotong biaya pelarangan minyak Rusia dan membujuk Jerman dan negara-negara Uni Eropa lainnya yang enggan untuk menerima tindakan tersebut, sebuah sumber Uni Eropa mengatakan kepada Reuters.
Sementara itu, berbagai pemadaman menambah kekhawatiran tentang pasokan. Anggota OPEC Libya telah dipaksa untuk menutup produksi 550.000 barel per hari karena gelombang blokade di ladang minyak utama dan terminal ekspor, kata National Oil Corporation (NOC) negara itu.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal secara kolektif sebagai OPEC+, memproduksi 1,45 juta barel per hari di bawah target produksinya pada Maret karena produksi Rusia mulai menurun setelah sanksi yang diberlakukan oleh Barat, sebut sebuah laporan dari aliansi produsen.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)