Dia melanjutkan, meskipun gedung ramah lingkungan cenderung memiliki biaya sewa dan perawatan yang lebih mahal dari gedung kantor pada umumnya, gedung ramah lingkungan bernilai lebih tinggi sekitar 10% dari yang non-ESG.
Selain itu, operasional gedung berbasis ESG umumnya mampu menghemat 30-40% penggunaan energi dan 20-30% penggunaan air," jelasnya.
Sementara itu, Associate Director Occupier Strategic & Solutions Knight Frank Indonesia, Rina Martianti menyebutkan, saat ini occupier yang mencari ruang kantor ESG di Jakarta masih relatif segmented walaupun permintaan terus tumbuh setiap tahunnya.
"Selain itu di ranah regional dan global, keberadaan gedung kantor berbasis ESG menjadi salah satu prioritas dari investor maupun occupier," tandasnya.
(Taufik Fajar)