Presiden Jokowi Undang Ekonom, Bahas Apa?

Shelma Rachmahyanti, Jurnalis
Kamis 04 Agustus 2022 07:33 WIB
Presiden Jokowi (Foto: Biro Pers Setpres)
Share :

Jika tidak pemerintah sekarang akan mewariskan kondisi APBN yang rentan dan rapuh, bahkan saat ini pun menjadi jalan menuju krisis anggaran atau bahkan resesi seperti telah dirasakan negara-negara lain.

Tekanan pada APBN datang dari setidakhya dua hal, yakni subsidi yang sangat besar, terutama subsidi energi, karena kenaikan harga-harga dan tekanan pembayaran utang.

Presiden Jokowi terkenal berani mengambil kebijakan ekonomi dan keputusan rasional yang obyektif dan rasional untuk solusi bangsa meskipun sering kontroversial bagi publik.

Di awal pemerintahannya, Presden tegas mengambil keputusan mengurangi subsidi cukup besar tetapi memberikan subsidi langsung untuk rakyat miskin.

Tetapi Presiden pada saat ini seperti gagap untuk mengambil keputusan mengurangi subsidi besar 500 trilyun rupiah pada saat ini. Jumlah subsidi ini sama besarnya dengan anggaran pemerintah SBY dengan kurs rupiah relatif tidak berbeda jauh.

Tim ekonomi presiden tidak juga memberikan masukan yang benar terhadal masalah ini sehingga APBN pasca pemrintahan sekarang akan rusak berat.

Pada tahun depan 2023 pemerintah dan DPR harus mengembalikan defisit di bawah 3% sesuai undang-undang yang dibuatnya.

Jika rencana tahun depan masuk ke target masuk ke dalam desifit di bawah 3% gagal, maka ini menjadi pelanggaran konstitusi yang serius bagi pemerintah. Atau bisa jadi sesuai karakter DPR yang sekarang akan main-main dengan konstitusi, mengubah lagi target defisit tersebut di atas 3 persen lagi.

"Kemungkinan yang kedua ini bisa terjadi karena karakter kolektif kebiasaan DPR dan pemerintah mempermainkan APBN dan konstitusi itu sendiri. Pelanggaran serius seperti defisit besar yang membahayakan ekonomi negara bisa saja dibuat main-main karena ketiadaan pemikiran kritis dan minus check and balances yang memadai dari sistem demokrasi kita," tuturnya.

Masukan berikutnya adalah lanjutan sarannya di dalam seminar INDEF Klub 100 ekonom bersama Presiden.

“Jika presiden dikenal sebagai kepala negara yang sangat dikenal dan rajin blusukan ke pasar, gorong-gorong, dan sebagainya, maka yang harus dilakukan kelanjutannya adalah blusukan ke sektor-sektor industri kecil dan besar. Di sektor yang menjadi tulang punggung ekonomi ini sekarang rendah dan menyebabka pertumbuhan ekonomi stagnan di sekitar dan di bawah 5 persen”, demikian pidato pengantar saya dengan suara keras sebelum presiden memberi pengarahan di dalam forum klub. 100 ekonom tersebut.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya