Dia mengatakan harga Solar subsidi Rp5.150/liter padahal harga seharusnya Rp13.950.
"Jadi bedanya antara harga sebenarnya di luar harga berlaku sebesar Rp8.300 per liter," jelasnya.
"Dengan tutup kebocoran Solar, bisa hemat pengeluaran subsidi karena 93% konsumsi solar adalah jenis subsidi," tambahnya.
Menurutnya, yang harus dilakukan adalah pembatasan dan evaluasi terhadap subsidi yang sudah diberikan, bukan justru menaikan harganya.
Karena kalau harganya naik, maka yang terdampak pada masyarakat.
"Kalau harga naik, yang tidak punya kendaraan ikut terdampak," ucapnya.
"Atur dulu kebocoran solar subsidi di truk yang angkut hasil tambang dan sawit, daripada melakukan kenaikan harga dan pembatasan untuk jenis pertalite," pungkasnya.
(Zuhirna Wulan Dilla)