Lanjut dia menjelaskan, kenaikan harga telur ayam di pasaran itu imbas dari afkir dini yang terjadi pada 2021 silam tepat saat masa pandemi Covid-19.
Saat itu harga telur ayam di tingkat pengecer jatuh sampai Rp14.000/kg. Dengan harga segitu, para peternak merugi karena ongkos telur mereka berkisar Rp24.000/kg.
Hingga akhirnya para peternak melakukan afkir dini yakni memotong induk ayam dijadikan ayam potong.
Kemudian, penyebab kenaikan lainnya yakni karena adanya bantuan sosial (bansos) pemerintah kepada masyarakat yang salah satu isi sembakonya telur ayam.
Ditambah, bansos tersebut dirapel tiga bulan dalam waktu lima hari. Sehingga permintaan melebihi produksi.
"Yang kedua, memang Mensos (Menteri Sosial) tidak memberi (bansos) telur tapi memberikan bantuan (uang tunai) kepada daerah, dan daerah menjadikan itu bantuan dalam bentuk pangan dan itu rupanya kesepakatan antara Kementerian Perdagangan dan Kementerian Sosial dulu. Karena telur dulu nggak laku. Nah kebijakannya diteruskan walaupun zaman sudah berbeda. Jadi program keluarga harapan (PKH) bantuannya dibelikan pangan antara lain telur," pungkasnya.
(Zuhirna Wulan Dilla)