Kebijakan itu berdampak bagi Singapura, yang sepertiga kebutuhan unggasnya dipasok oleh Malaysia.
Hampir semua ayam Malaysia diimpor hidup-hidup ke Singapura, kemudian disembelih dan didinginkan.
Warga Singapura telah menyerbu pasar dan swalayan untuk membeli ayam segar menjelang efektifnya larangan tersebut.
Media Sigapura melaporkan stok unggas di beberapa pasar basah dan supermarket telah kosong.
The Singapore Straits Times melaporkan penjual ayam memperkirakan biaya ayam dingin bisa naik hingga 30%, membuat harga hidangan ayam melonjak.
Pemerintah Singapura telah mendesak konsumen untuk beralih ke ayam beku dan daging alternatif lainnya, dan sedang menjajaki pasar baru untuk ayam segar.
Namun ada kekhawatiran atas nasib nasi ayam yang dijual di mana-mana mulai dari jajanan kaki lima hingga hotel-hotel ternama.
Restoran populer Tian Tian Hainanese Chicken Rice, yang mendapatkan unggas sepenuhnya dari Malaysia, dilaporkan mengatakan akan memperkenalkan hidangan daging babi dan makanan laut daripada menggunakan ayam beku jika gagal menemukan pemasok baru.
Langkah proteksionis Malaysia dilakukan saat negara-negara di seluruh dunia bergulat dengan melonjaknya harga pangan, yang sebagian dipicu oleh perang Ukraina.
India telah membatasi ekspor gula dan gandum, sementara Indonesia menghentikan sementara CPO.
Selain larangan ekspor, Malaysia juga menghapus izin impor ayam dan makanan lainnya untuk meningkatkan pasokan makanan dan menekan harga di tengah kemarahan publik.
(Zuhirna Wulan Dilla)