JAKARTA - Uang kertas rupiah nominal Rp20.000 yang beredar pada tahun 1998 ramai diperbincangkan di media sosial di India.
Bahkan uang rupiah ini menarik perhatian politikus India.
Dikutip BBC di Jakarta, Sabtu (29/10/2022), perbincangan dipicu oleh Menteri Besar Delhi, Arvind Kejriwal, yang meminta pemerintah pusat menempatkan gambar dewi Lakshmi dan dewa Hindu Ganesha dalam mata uang India.
Arvind mengatakan, 85% penduduk Indonesia beragama Islam dan hanya 2% beragama Hindu, akan tetapi gambar Ganesha ada di mata uangnya.
BACA JUGA:Rupiah Tekan Dolar AS ke Rp15.554 Sore Ini
Dia bertanya, jika Indonesia yang merupakan negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia bisa melakukan itu, mengapa India tidak?
Namun, argumen dan permintaan Arvind bukan tanpa alasan.
Pria itu adalah ketua Partai Aam Aadmi (AAP) yang gencar berkampanye di Negara Bagian Gujarat - kantung kekuatan Partai Partai Bharatiya Janata (BJP) - menjelang pemilihan umum.
Arvind mengemukakan persoalan ini pada Rabu lalu usai diliput media televisi dan dibicarakan di media sosial.
Merujuk pada Google Trends, setelah konferensi pers Arvind tersebut, terjadi lonjakan yang luar biasa dalam pencarian kata kunci mata uang Indonesia.
Pengguna internet disebut ingin mengetahui mengapa ada gambar dewa Hindu Ganesha di mata uang Indonesia.
BBC Hindi menemukan bahwa Indonesia telah mengeluarkan uang kertas Rp20.000 yang di dalamnya ada gambar Ganesha pada tahun 1998. Tapi uang kertas tersebut sudah tidak beredar.
Jika diperhatikan dengan seksama pada gambar uang kertas yang viral di media sosial, ada gambar dewa Hindu yaitu Ganesha dan Mantan Menteri Pengajaran Republik Indonesia bernama Ki Hadjar Dewantara.
Di sisi sebaliknya, tampak gambar beberapa anak sedang belajar.
Jurnalis BBC News Indonesia, Astudestra Ajengrastri, mengatakan gambar Ganesha itu menunjukkan keragaman budaya di Indonesia.
"Tema uang kertas yang dikeluarkan pada tahun 1998 itu adalah pendidikan. Ganesha dianggap sebagai Dewa seni, kebijaksanaan, pendidikan di Indonesia. Gambar Ganesha juga banyak dipakai di lembaga pendidikan di Indonesia," katanya.