"Dan DNA dari birokrasi di Indonesia sesudah kita mengalami banyak sekali semenjak reformasi, ini DNA-nya makin kental, lebih baik comply dan akuntabel daripada nanti susah belakangan. Kalau enggak tercapai tujuan, ya insya Allah nanti tahun-tahun ke depan tercapai tujuannya. Sehingga, yang dikorbankan atau terkorbankan adalah tujuannya," jelasnya.
Di sisi ekstrim lainnya, bisa saja mengambil cara untuk mencapai tujuan at all cost, tapi justru dengan banyak nabrak dan tidak patuh.
Maka dari itu, Sri berharap di dalam perayaan Hari Anti Korupsi ini, terus diingatkan dan di-exercise, terus dilihat secara detail, scrutinizing, membedah secara tajam dan detail dilema-dilema itu supaya tiap tahun bisa membuat dan mengukir kemajuan.
"Kalau trade off nya sangat besar dan sangat tinggi, maka kita disuruh membuat pilihan yang sama sekali tidak optimal bagi negara kita. As if, seolah-olah, untuk mencapai tujuan, kita harus mengorbankan akuntabilitas, integritas, dan kepatuhan. Atau as if, untuk menjadi negara yang tata kelolanya baik, itu artinya tujuan bernegaranya menjadi Insya Allah saja,'kapan-kapan nanti tercapai yang penting aku mencapai akuntabilitas dan kepatuhan. Itu tidak boleh terjadi," pungkas Sri.
(Zuhirna Wulan Dilla)