5 Fakta Cukai Rokok 2023 Naik 10% tapi Bikin Sri Mulyani Pusing

Noviana Zahra Firdausi, Jurnalis
Senin 19 Desember 2022 04:17 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani (Foto: Okezone)
Share :

JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menegaskan reformasi kebijakan cukai hasil tembakau (HT) dapat menghasilkan perubahan dalam beberapa aspek kebijakan. Pertama, sistem cukai dari tahun 2009 hingga saat ini lebih spesifik dibandingkan periode 1995-2007 yang bersifat ad valorem dan 2007-2008 yang hibrid.

"Struktur cukai juga menjadi lebih sederhana, dari yang semula struktur tarifnya 19 layer di tahun 2009, menjadi 8 layer di 2022," ucap Sri.

Berikut fakta-fakta cukai rokok 2023 naik 10% yang dirangkum Okezone, Senin (19/12/2022).

1. Pengeluaran Terbesar

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa rokok adalah komponen pengeluaran terbesar bagi rumah tangga, baik itu di perkotaan maupun di pedesaan.

2. Sri Mulyani Pusing

Menurutnya Rokok masuk di dalam posisi kedua tertinggi.

"Ini menimbulkan suatu dilema mengenai bagaimana kita bisa memengaruhi konsumsi rumah tangga agar lebih memprioritaskan barang-barang yang memang lebih bergizi atau lebih dibutuhkan, terutama anak-anak, sehingga mereka bisa tumbuh menjadi sehat dan produktif, serta baik," ujar Sri Mulyani.

3. Dampak Negatif

Sri mengatakan ada beberapa dampak negatif rokok terhadap rumah tangga. Pertama, peningkatan pengeluaran rokok 1% akan meningkatkan kemungkinan rumah tangga menjadi miskin sebesar 6%. Ini berdasarkan hasil studi PKJS UI di 2018.

"Rumah tangga miskin rata-rata mengeluarkan Rp246.382 per bulannya untuk rokok," sebut Sri.

4. Bisa Dialihkan

Padahal, dia mengatakan bahwa pengeluaran tersebut sebenarnya bisa dialihkan ke belanja yang lebih berguna dan prioritas.

"Seperti membeli bahan makanan, seperti tahu dan tempe, sehingga meningkatkan gizi rumah tangga miskin," pungkas Sri.

5. Alasan Naik

Jika dilihat dari kenaikan cukai HT selama ini, Sri Mulyani mengakui bahwa ini didesain untuk menciptakan harga per bungkus yang indeks kemahalannya bisa dipertahankan atau bahkan sedikit meningkat.

"Ini tujuannya agar affordability atau kemampuan membeli rokoknya memang menurun sehingga konsumsinya turut menurun," tandasnya.

(Taufik Fajar)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya