Kalkulator Jokowi, Harga Energi Hijau Bisa 2 Sen

Feby Novalius, Jurnalis
Rabu 21 Desember 2022 11:25 WIB
Presiden Jokowi. (Foto: Okezone)
Share :

JAKARTA - Presiden Jokowi menekankan fokus Indonesia ke depan adalah hilirisasi dan energi hijau. Kedua hal ini menjadi kunci Indonesia siap bersaing dengan negara lain.

Untuk energi hijau, Jokowi menekankan soal harga mesti murah. Dirinya menghitung harganya bisa USD2 sen.

"Energi hijau harus murah kuncinya di situ. Kalau masih 12 sen untuk apa? Misalnya di Sungai Kayan hitung pakai kalkulator yang saya pakai, bisa mencapai 2-4 sen," ujar  di acara Outlook Perekonomian Indonesia 2023, Ritz Carlton, Jakarta, Rabu (21/13/2022).

Menurut Jokowi, jika harga energi terbarukan USD2 sen, nilainya jauh di bawah harga batu bara. Untuk itu, hal ini mesti ditingkatkan dan bisa diterapkan semua wilayah Indonesia. 

"Kalau sungai lain dilakukan sama (seperti Sungai Kayan) inilah kekuatan besar kita," ujarnya.

Sebagai informasi, Pembangunan PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) Sungai Kayan di Kecamatan Long Peso, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara sebenarnya sudah dimulai sekitar enam tahun silam.

Pembangunan megaproyek PLTA dimulai dengan ditandai "groundbreaking" (peletakan batu pertama) pada 18 Januari 2014.

Namun, ternyata membangun sebuah proyek raksasa dengan kapasitas 9.000 Mega Watt (MW) tidaklah gampang. Lihat saja dari sisi investasi PLTA Sungai Kayan butuh USD22,5 miliar  atau setara Rp315 triliun.

Terkait masalah investasi sudah teratasi, yakni selain melibatkan swasta PT. Kayan Hydro Energy (KHE) juga hadir BUMN dalam proyek pembangunan fisik bendungan, yakni PT. Waskita Karya (Persero) dan PT. Hutama Karya (Persero).

Sedangkan lahan yang harus dibebaskan mencapai 12.000 Ha sehingga butuh kajian mendalam serta proses perizinan melibatkan berbagai pihak.

Belum masalah ekologis serta sosial ekonomi bahkan budaya karena diperkirakan pembangunan bendungan akan menenggelamkan beberapa desa serta ratusan jiwa harus direlokasi.

Diperkirakan ratusan warga Desa Long Peleban dan Desa Long Lejuh, Kecamatan Peso, Kabupaten Bulungan harus direlokasi ke wilayah permukiman baru.

Kedua desa seluas 619 hektare yang ditempati sekitar 800 jiwa itu masuk wilayah pembangunan bendungan. Pemukiman pada dua desa itu segera direlokasi sebelum tujuh tahun tahap pertama pembangunan bendungan.

Melalalui pendekatan intensif melibatkan tokoh masyarakat pedalaman yang juga Wakil Bupati Bulungan Ingkong Ala akhirnya 67 kepala keluarga (KK) yang tinggal di Desa Long Peleban dan 98 KK di Desa Long Leju bersedia untuk pindah ke lokasi permukiman baru.

Tahapan relokasi ternyata tidak mudah, mulai dari kesepakatan, ganti rugi lahan serta mencari lahan pemukiman baru. Butuh peraturan pusat hingga daerah terkait relokasi, khususnya batas desa, apalagi letak relokasi berada di wilayah Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK).

Kapasitas 9.000 MW berasal dari lima bendungan yang dibangun secara bertahap di Sungai Kayan --salah satu sungai terpanjang dan terbesar di Kalimantan.

Diperkirakan pembangunan PLTA Kayan tahap I selesai pada 2024. Pada 2024 dimulai pula pembangunan PLTA Kayan tahap II.

(Zuhirna Wulan Dilla)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya