"Pengeluarannya relatif cukup banyak, meskipun sudah dibantu dengan adanya biodiesel, jadi kemungkinan di 2023 akan defisit. Kalau seandainya kita hanya mengandalkan dari pungutan ekspor dengan pengeluaran untuk membiayai program-program," terangnya.
Kendati demikian, dengan diprediksi adanya defisit pada tahun depan, Eddy tetap optimistis bahwa industri sawit akan tetap tumbuh dengan baik. Serta, defisit tersebut bisa ditopang oleh penerimaan yang ada di tahun 2022. Pasalnya, pada tahun 2022 BPDPKS mempunyai penerimaan dari saldo kas kurang lebih sekitar Rp20 triliun.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)