Selain itu menurut Agus, perang antara Ukraina dan Rusia yang berkepanjangan juga patut diwaspadai, sebab dapat juga mengakibatkan kenaikan harga komoditas, krisis pangan hingga krisis energi.
Kemudian juga ketidakstabilan permintaan ekspor yang mengakibatkan pengeluaran produksi dan pemutusan hubungan kerja (PHK) turut menjadi tantangan di tahun 2023.
Tantangan yang terakhir adalah ketergantungan impor bahan baku serta bahan baku penolong.
Terlepas dari semua itu, Agus tetap optimis bahwa pada tahun 2023 pihaknya memproyeksikan pertumbuhan sektor manufaktur antara 5,1 sampai 5,4%.
"Seiring dengan harapan membaiknya kondisi global dan perekonomian nasional, kami memperkirakan capaian pertumbuhan nasional tahun ini 5,1%. Dan pada tahun depan diperkirakan antara 5,1-5,4%," tuturnya.
(Zuhirna Wulan Dilla)