Untuk hal teknis, dia menyebut petani lokal masih menggunakan sistem pertanaman tajar alias pemagaran melalui tanaman hidup gamal. Metode kedua menggunakan kayu kering agar tanakan lada yang ditanam bisa menghasilkan produk unggul.
"Jadi dua metode yang kita gunakan ini lebih efisien atau bisa lebih mendongkrak produksi yang menggunakan pagar hidup dan untuk usianya pun lebih lama atau lebih efisien," katanya.
Analis Pasar Pertanian pada Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Belitung, Yulihenri mengatakan bahwa luas areal tanaman lada yang berada di daerahnya ini mencapai 9.045,99 hektare dengan jumlah produksinya mencapai 6 ton lebih atau lebih kurang 6000 ton pada setiap musimnya.
"Jadi produksi rata-rata per hektar sangat bagus. Apapun jumlah petani lada di Blitung mencapai 9.525 petani yang hingga kini masih terus mengembangkan lada," jelasnya.
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik, Kuntoro Boga Andri pun menambahkan kalau Kementan berupaya untuk terus mendorong pengembangan komoditas lada nasional.
Dia menyebut Kegiatan Press Tour ke salah satu petani lada di Belitung ini juga menjadi salah satu upaya Kementan dalam membangun public good image terhadap pengembangan komoditas lada di Indonesia.
“Potensi pengembangan komoditas lada di Belitung sangat besar, dan media massa memiliki peran yang cukup strategis dalam penyebaran informasi terkait hal ini, Kementan bersama rekan - rekan media harus bekerjasama secara harmonia, membangun orkestrasi yang baik dalam melakukan diseminasi informasi dan komunikasi publik terkait hal ini," pungkasnya.
(Zuhirna Wulan Dilla)