JAKARTA - Harga minyak naik pada akhir perdagangan Jumat. Kenaikan harga minyak didukung oleh prospek ekspor Rusia yang lebih rendah tetapi ditekan meningkatnya persediaan minyak di Amerika Serikat dan kekhawatiran atas aktivitas ekonomi global.
Minyak mentah berjangka Intermediate West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April naik 93 sen atau 1,2% menjadi USD76,32 per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April menguat 95 sen atau 1,2% menjadi USD83,16 per barel di London ICE Futures Exchange. Kedua kontrak turun lebih dari USD1 per barel di awal sesi perdagangan, sementara untuk minggu ini sedikit berubah.
Baca Juga: Harga Minyak Anjlok Dibayangi Penurunan Permintaan Bahan Bakar
Volume perdagangan yang lebih rendah berkontribusi pada volatilitas, dengan perdagangan Brent di 58% dan perdagangan WTI di 90% dari level sesi sebelumnya.
Pada hari peringatan invasi Rusia ke Ukraina, patokan global minyak mentah Brent sekitar 15% lebih rendah dari setahun sebelumnya. Brent mencapai level tertinggi 14 tahun hampir USD128 per barel pada 8 Maret 2022.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Hari Ini Turun 2,7%
Kedua harga acuan naik sekitar 2% di sesi sebelumnya terkait rencana Rusia untuk memangkas ekspor minyak dari pelabuhan-pelabuhan barat hingga 25% pada Maret, yang melebihi pengurangan produksi yang diumumkan sebesar 500.000 barel per hari.
Tetapi Badan Informasi Energi AS mencatat bahwa kenaikan harga dibatasi oleh persediaan AS pada level tertinggi sejak Mei 2021. Demikian dikutip dari Antara, Rabu (25/2/2023).
Indikator pasokan masa depan, rig minyak AS turun tujuh menjadi 600 minggu ini, sementara jumlah total masih naik 103 rig atau 15,8% dibandingkan waktu ini tahun lalu, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes Co.
Indikasi bahwa minyak mentah dan produk olahan Rusia menumpuk di kapal tanker yang mengapung di laut juga mengisyaratkan peningkatan pasokan.
JP Morgan mengatakan dalam sebuah catatan bahwa menurutnya harga jangka pendek lebih cenderung melayang lebih rendah menuju 70-an dolar AS daripada naik "karena hambatan pertumbuhan global menguat dan kelebihan persediaan 'suram' yang diperburuk oleh membanjirnya minyak Rusia".
Bank juga mengatakan memperkirakan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan memangkas produksi untuk membatasi penurunan harga minyak.
(Feby Novalius)