JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memastikan investasi pabrik baterai kendaraan listrik atau electric vehicle/EV Battery (EV) di Indonesia tak hanya dari China dan Korea Selatan. Bahkan membuka peluang bagi negara-negara Eropa.
Menurut Erick, Indonesia bukan negara yang terjebak dalam geopolitik yang belakangan ini semakin memanas atau bergejolak. Sehingga mempengaruhi hubungan bilateral, termasuk bisnis, negara-negara terkait.
"Jadi kita bukan negara yang istilahnya terjebak di geopolitik yang gak penting, kita kan bagaimana menarik investasi dan bagaimana membuka lapangan pekerjaan dan investasi berusaha," ujar Erick saat ditemui di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (28/2/2023).
height="340" src="https://video.okezone.com/embed/MjAyMy8wMi8yMi80LzE2MzE3NS8wLw==" sandbox="allow-scripts allow-same-origin" layout="responsive">
Pemerintah memang tengah menjajaki sejumlah investor di benua Eropa. Salah satunya perusahaan kimia terbesar dunia asal Jerman, BASF.
Pemerintah melalui Kementerian Investasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pun sudah bernegosiasi dan membicarakan rencana kerja sama investasi untuk EV Battery di Tanah Air.
"Pak Bahlil (Menteri Investasi) yang sedang bekerja keras supaya kita jangan terkurung pemikiran bahwa pembangunan EV Battery ini hanya China dan Korea, negara negara Eropa juga ke sini seperti Jerman, Inggris bahkan Ford sudah," kata dia.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, namun industri baterai electric vehicles dalam negeri belum berkembang pesat.
Meski kaya akan nikel, Indonesia belum menjadi raja baterai kendaraan listrik dunia karena tidak mempunyai lithium yang merupakan bahan utama pengembangan industri baterai EV.
Karena itu, pemerintah terus berupaya mendapatkan kepercayaan investor negara lain agar bisa membangun ekosistem sumber daya alam (SDA) sendiri.
(Taufik Fajar)