Sebelumnya, di kesempatan yang berbeda, Redma mengatakan, perkembangan pakaian baju bekas impor yang semakin menjamur di Indonesia menyurutkan produksi pakaian lokal.
Pasalnya, produsen serat dan benang sangat bergantung pada produsen kain, sementara produsen kain bergantung dengan produsen pakaian jadi.
"Baju second impor di Indonesia pada tahun 2018 ke belakang (perkembangannya) hanya 5-10%. Namun sejak 2020-2022 meningkat menjadi 30% secara year to year. Hal itulah yang mengakibatkan produk lokal jadi sulit bersaing di negeri sendiri," ungkapnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)