Mengenal Shunsaku Sagami, Orang Kaya Baru di Jepang Berusia 32 Tahun

Mutiara Oktaviana, Jurnalis
Selasa 02 Mei 2023 11:44 WIB
Shunsaku Sagami. (Foto: Forbes)
Share :

JAKARTA - Shunsaku Sagami, pendiri dan CEO M&A Research Institute Holdings berhasil menyandang gelar orang terkaya baru di Jepang pada usia 32 tahun.

Dikutip Forbes di Jakarta, Selasa (2/4/2023), Perusahaan Shunsaku ini bergerak di bidang layanan merger dan akuisisi (M&A).

 BACA JUGA:

Dia mendapat gelar itu berkat harga saham perusahaan, yang berspesialisasi dalam M&A perusahaan-perusahaan kecil dan menengah, meningkat lebih dari 340% sejak pencatatan sahamnya pada bulan Juni lalu.

Di mana saham Sagami yang sebelumnya sebesar 73% di perusahaan ini, kini telah bernilai lebih dari USD1 miliar, berdasarkan harga penutupan hari Jumat sebesar 10.090 yen (USD74,36).

Didirikan pada tahun 2018, M&A Research Institute menggunakan kecerdasan buatan untuk mencocokkan pembeli potensial dengan perusahaan yang biasanya menghadapi risiko penutupan. Meskipun menguntungkan, karena pemiliknya sudah menua dan tak dapat menemukan penerus.

Perusahaan Sagami telah menjadi mahir dalam menyelesaikan transaksi dengan cepat, rata-rata hanya membutuhkan waktu lebih dari enam bulan untuk menyelesaikan transaksi.

Aktivitas M&A ini telah melonjak di Jepang, mencapai rekor tertinggi 4.304 transaksi pada tahun 2022.

Mulai dari transaksi bernilai besar hingga transaksi dengan nilai kecil yang menjadi target Sagami.

Sagami yang dulunya ternyata mengawali kariernya di bidang periklanan dan justru bukan di bidang keuangan, namun karena didorong oleh pengalamannya sendiri akhirnya dia memilih terjun ke bidang M&A.

Kemudian pada tahun 2015, dirinya mendirikan sebuah perusahaan media fesyen bernama Alpaca yang diakuisisi oleh agensi humas yang terdaftar di Tokyo, Vector, dan kemudian berganti nama menjadi Smart Media.

Kesuksesannya tersebut terlihat saat Sagami, yang saat itu baru berusia pertengahan dua puluhan, terus bekerja di perusahaan tersebut dan membantunya melakukan akuisisi lebih lanjut.

Ketika berada di sana, dia melihat apa yang menurutnya merupakan inefisiensi dalam proses pembuatan kesepakatan. Sementara itu, Sagami juga menyaksikan bisnis kakeknya terpaksa ditutup karena tak ada pewaris yang meneruskannya.

Saat itu, Sagami memiliki tujuan utama yaitu ingin membantu melestarikan UKM Jepang.

Lebih dari 99% dari semua perusahaan di Jepang adalah UKM dan sekitar dua pertiga dari mereka tidak memiliki penerus, menurut Teikoku Databank, sebuah perusahaan riset keuangan.

Lewat keberhasilan sistem penetapan harga yang ramah klien dan pendekatan berbasis AI mendorong Sagami untuk membawa M&A Research Institute ke publik di pasar pertumbuhan bursa saham Tokyo pada bulan Juni tahun lalu, kurang dari empat tahun setelah perusahaan ini didirikan.

M&A Research Institute telah meraup laba bersih sebesar USD7,1 juta dari pendapatan sebesar USD15,7 juta untuk kuartal yang berakhir pada Desember 2022.

(Zuhirna Wulan Dilla)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya