JAKARTA - Perkembangan teknologi membuat semua lini usaha ikut beradaptasi menggunakan sentuhan teknologi. Bagi anak muda, kemajuan teknologi bukan masalah besar. Namun bagi sebagian orang yang akan memasuki fase pensiun, teknologi menjadi tantangan sendiri.
Seperti yang diakui Beti Apriyani, seorang pedagang makanan dengan nama warung 'Mama Dinda' di Jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Awalnya, dia membuka usaha ayam garlic adalah untuk persiapan pensiunan sang suami.
"Kami harus berusaha untuk terus mendapatkan income. Meski kecil tetapi kan ada yang dikerjakan," ujarnya kepada Okezone, Sabtu (20/5/2023).
Tapi seiring berjalannya waktu, pembeli selalu menanyakan kepada dirinya 'Bisa pakai QRIS enggak, Bu?' atau 'Bisa transfer tidak Bu?'.
Awalnya dia sama sekali tidak mengerti apa yang dimaksud pelanggan. Tetapi lama kelamaan dia menyadari harus segera beradaptasi dengan perkembangan teknologi.
Ibu yang sudah menggeluti usaha kuliner khas oriental sejak 2013 ini akhirnya memutuskan untuk mencari tahu. Sebab jika tidak memfasilitasi kebutuhan pelanggan dikhawatirkan akan ditinggalkan pembeli.
"Sekarang itu trennya orang tidak pegang uang tunai. Kalau kita tidak pasang QRIS nanti tidak jadi beli," katanya.
Awalnya Beti sempat ragu. Ada banyak hal yang menjadi tanda tanya, seperti faktor keamanan uang yang ditransaksikan dan kemampuan dia dalam menggunakan teknologi QRIS. Akhirnya dia memberanikan diri untuk datang ke Bank BRI dekat rumahnya, yakni Bank BRI cabang Rawasari, Jakarta Pusat. Kebetulan Beti sudah menjadi nasabah Bank BRI sejak dulu, saking lamanya dia lupa kapan pertama kali membuka rekening BRI. Yang jelas sudah puluhan tahun yang lalu.