JAKARTA - Penjualan online saat ini sangat masif. Tidak hanya di platform e-commerce tetapi juga jasa titipan atau biasa dikenal jastip.
Jasa titip dikenal dengan istilah personal shopper yang mana merupakan sebuah pekerjaan berburu sebuah produk di toko, mal atau pedagang besar dengan tujuan membelikan barang atau brand yang dipesan oleh pelanggan. Seperti dikutip Senin (26/6/2023), dalam buku Jurnal Ekonomi Bisnis dan Kewirausahaan Vol IX No 1 bertajuk "Fenomena Jasa Titipan" dijelaskan barang yang dipesan pelanggan bisa disesuaikan dengan keinginannya.
BACA JUGA:
Penjualan jastip beroperasi melalui layanan aplikasi Whatsapp (WA). Jadi admin akan menjajakan produk di grup WA tersebut dengan kurun waktu tertentu. Keuntungannya di dapat dari selisih harga asli dan harga jual yang dibanderol di grup WA. Sehingga pelaku jastip harus mahir mencari barang yang sedang promo atau diskon sehingga akan mendapat keuntungan yang berlipat.
Menurut Putri Palupi, salah satu pelaku jasa titipan bernama 1 JutaBukaToko, salah satu tantangan dalam berusaha jastip ada berburu barang branded tetapi dengan harga miring. Sebab, yang menjadi kekuatan berjualan pada jastip adalah barang branded, harga miring dan bisa cepat.
BACA JUGA:
Palupi memulai profesi sebagai jastip melalui grup WA sejak tahun 2020. Meski baru 3 tahun, namun omzetnya paling kecil dalam satu hari bisa mencapai Rp2 juta.
Padahal jumlah anggota grup WA jastip miliknya hanya 218 orang. Namun, mereka adalah pembeli yang tervalidasi dan loyal.
Uniknya, jumlah tersebut didapat secara organik tanpa bantuan advetorial maupun boosting khusus yang umumnya dilakukan pelaku usaha online dalam ekosistem digital.
Putri dengan mudah mendapatkan anggota grup WA dari pertemanan yang sudah dipercaya. Jadi tidak sembarangan orang ada di dalam grup tersebut.
"Misalkan, saya punya teman, trus teman saya memberi tahu temannya. Trus lama-lama jadi nyebar. Tapi itu yang join di grup benar-benar pembeli yang terpercaya," ujar Putri jebolan salah satu mahasiswa swasta Jurusan Manajement.
Saat ini, tren penjualan jastip ada pada Pekan Raya Jakarta (PRJ), Kemayoran. Di sana menurutnya banyak barang bermerek namun dijual dengan diskon sehingga dia bisa melepas harga jual dengan mendapatkan keuntungan.
"Untungnya sih tidak banyak, hanya Rp5.000-Rp50.000 saja per item. Tapi dari situ kita bisa dapat untung hingga Rp2 juta. Percaya enggak percaya. Kelihatannya sepele, tetapi itu nyata," ujarnya.
Barang yang dijajakan tidak jauh dari seputar fashion, antara lain perhiasan gelang, cicin, kalung hasil UMKM, tas, sepatu, dan jam tangan. Barang dagangannya akan bervariasi sesuai dengan diskon yang sedang berlangsung.
Putri membocorkan, salah satu rahasia suksesnya mendapatkan produk jualan jastip yang laris adalah dengan membuka hubungan baik dengan petugas toko dan sales promotion girl (SPG).
Dia mengatakan, SPG itu memiliki informasi barang bagus tetapi harga diskon. Di sinilah ceruk penjualan, di mana para pembeli suka dengan barang bagus dengan harga yang miring.
"Jadi setiap ke toko, minta nomor kontak SPG-nya. Nanti dia akan info ke kita," ujarnya.
Dari situ saatnya Putri beraksi. Bahkan tidak jarang ada yang mempertanyakaan apakah barangnya produk asli atau tiruan. "Itu asli semua. Karena saya dapat info dari tokonya langsung," ujarnya.
Saat membeli barang titipan, Putri yang merupakan nasabah Bank BRI cabang Menteng, banyak melakukan transaksi dengan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) BRI. Sehingga transaksi berjalan lancar tanpa hambatan.
Selain jastip, dia juga berperan sebagai pelaku UMKM dengan membuka lapak offline di Car Free Day Sudirman Thamrin pada akhir pekan dan Cut Mutia Menteng setiap hari Jumat. Produk yang dijajakan pun banyak yang membeli dengan QRIS.
"Sekarang tuh hampir 80 persen penjualan offline saya, pembelinya pakai QRIS. Itu apalagi di kawasan kantoran ya. Pada bilang (pembeli), bayarnya pakai QRIS," ujarnya.
Menurutnya, dari semua bank yang pernah dia survei hanya Bank BRI yang tidak melakukan pemotongan pada transaksi QRIS. Sehingga keuntungan yang didapatnya menjadi utuh.
"Temenku itu yang jualan di Car Free Day pakai bank lain. Dia dipotong 0,07% setiap transaksi. Trus dia kaget aku kasih tau pakai Bank BRI itu enggak ada pemotongan. Dia jadi pindah ke Bank BRI," kisah sambil tertawa.
Dia juga menceritakan, bahwa proses pembuatan QRIS sangat mudah dan cepat. Petugas BRI sangat membantu dalam pembuatannya. "Pokoknya, petugasnya datang, diurusin trus tahu-tahu jadi," tegasnya.
Saat ini, Putri pun tidak menyangka kalau dia menjadi pelaku jastip dan pemilik toko dengan brand Maezurra. Awalnya dia adalah satu pegawai di rumah sakit swasta di Jakarta. Namun jiwa entrepreneur-nya mendorong dia untuk mengundurkan diri dan pesangonnya menjadi modal untuk membuka usaha toko fashion di Palembang, tempat dia dilahirkan.
Namun, apa daya. Tokonya harus tutup dan hanya bertahan selama enam bulan. Dari situlah dia mencoba kembali ke Jakarta untuk memulai usaha barunya.
Saat hendak ke Jakarta, dia menawarkan jasa titipan pertama kalinya berupa oleh-oleh khas Palembang seperti empek-empek, bakso dan kulinar khas lainnya. Ternyata gayung bersambut. Teman-temannya mencetuskan, untuk membuat grup. Dari situlah babak baru Putri sebagai pelaku usaha kecil dimulai.
Kini dia bersyukur karena mendapatkan peluang usaha yang terjadi begitu saja tanpa disadarinya. "Ke depannya saya ingin memiliki karyawan karena sudah mulai tidak kepegang. Semoga bisa tumbuh lebih baik lagi," harapnya.
(Zuhirna Wulan Dilla)