JAKARTA – IMF ikut campur soal kebijakan Indonesia melarang ekspor komoditasnya. Hal ini pun menjadi perhatian karena kebijakan tersebut sudah dianggap tepat oleh banyak pihak.
Lantas seberapa banyak komoditas Indonesia, sehingga IMF hingga WTO ikut campur mengatur-atur?
Indonesia merupakan negara penghasil nikel nomor satu di dunia. Menurut laporan Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia pada 2022.
Tidak hanya itu Indonesia sendiri memiliki komoditas pertambangan yang berlimpah, mulai dari emas, timah, batu bara, hingga nikel.
Menurut USGS, produksi nikel di tahun 2022 diperkirakan mencapai 3,3 juta metrik ton pada 2022. Jumlah tersebut meningkat 20,88% dibandingkan pada tahun 2021 yang hanya memperoleh sebanyak 2,73 juta metrik ton.
Total produksi nikel diperkirakan mencapai 1,6 juta metrik atau menyumbang sebesar 48,48% dari total produksi nikel global sepanjang tahun lalu.
Selain itu, menurut Menteri ESDM Arifin Tasrif, posisi cadangan dan angka produksi nikel Indonesia berada di peringkat nomor satu dunia, 23 persen cadangan nikel dunia ada di perut bumi Indonesia.
Arifin Tafsir mengungkapkan bahwa Pemerintah Indonesia menargetkan investasi sebesar USD21,28 miliar melalui peningkatan nilai tambah mineral, mengingat jumlah cadangan dan produksi beberapa komoditas mineral Indonesia yang masuk ke 10 besar dunia.
Dengan banyaknya harta karun nikel yang ada di Indonesia, IMF dan WTO jadi ikut campur dalam hal ini. Sebab, Indonesia memiliki peran penting dalam penyediaan bahan baku nikel dunia.
Hal itu dilihat dari bagaimana Uni Eropa menggugat WTO hingga IMF membujuk agar mempertimbangkan penghapusan larangan ekspor bijih nikel.
(Feby Novalius)