Kendati demikian, Presiden menekankan bahwa hasil panen jagung yang ditinjau di Keerom sudah melampaui rata-rata produksi jagung nasional.
"Standard nasionalnya 5,6 ton per hektare, ini sudah 7 (ton per hektare), karena memang saya melihat tanahnya sangat subur sekali, tapi airnya perlu dikelola dengan baik," ujarnya.
Presiden menyatakan bahwa dirinya akan terus memantau kinerja produksi jagung di food estate Keerom untuk memastikan berapa hasil maksimal yang bisa dicapai, termasuk areal tanam 45 hektare yang diproyeksikan akan memasuki masa panen pada September mendatang.
"Kalau sudah bener, baru ribuan hektare. Kita enggak perlu langsung ribuan, memang perlu tahapan karena ini tanah baru pertama kali diolah dan digunakan untuk jagung," katanya.
Presiden menambahkan jagung yang dipanen sudah memiliki pembeli dengan rentang harga Rp5.000—Rp6.000 per kilogram.
Menurutnya harga tersebut sudah sangat tinggi dibandingkan harga pokok produksinya.
"Artinya kalau tadi 7 ton per hektare kali Rp6.000 (per kg), berarti sudah Rp42 (juta) per hektare, hati-hati, kalau kita punya seribu (hektare) berarti Rp42 miliar. Gede banget, untuk hanya tiga bulan atau 100 hari," katanya.
(Taufik Fajar)