JAKARTA - Rangkaian pertemuan ASEAN Ministerial Meeting/Post Ministerial Conference (AMM/PMC) ke-56 dan pertemuan lainnya telah selesai dilakukan pada 11-14 Juli 2023.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengatakan, sebanyak 27 pejabat tingkat menteri hadir dalam rangkaian AMM/PMC ini dan merupakan tingkat kehadiran yang sangat tinggi di tengah jadwal pertemuan internasional yang padat dan dinamika tinggi yang terjadi di dunia.
BACA JUGA:
"Sebagaimana telah saya sampaikan dalam kesempatan bertemu dengan media, seluruh rangkaian pertemuan berjalan dengan baik. Diskusi sangat terbuka dan sangat dinamis," ujar Menlu Retno dalam Press Briefing di Shangri La Jakarta, Jumat, 14 Juli 2023 malam.
Sebagai Chair, lanjut Retno, Indonesia berusaha untuk menjadi “a good listener”, “a good bridge builder”, dan menyediakan ruang kenyamanan untuk semua berpendapat.
BACA JUGA:
"Tadi pagi Presiden dalam menerima joint call dari para Menteri Luar Negeri mengatakan, salah satu kalimat yang beliau gunakan adalah “menang tanpa ngasorake”, kita bisa menjadi pemenang tanpa mempermalukan dan membinasakan yang lain," kata Menlu.
"Dan saya kira bahasa yang digunakan Bapak Presiden ini sangatlah tepat. Indonesia melihat dinamika memang masih sangat tinggi, namun spirit dialog dan kerja sama masih terlihat dan perlu terus didorong sehingga menjadi lebih kuat," imbuhnya.
Peran ASEAN disini cukup penting untuk menjaga agar dinamika yang tinggi ini tidak menjadi konflik yang dapat merugikan kawasan.
Bahasan paling penting dari pertemuan ini adalah pertama, ASEAN terus bekerja untuk mempersiapkan menghadapi tantangan masa depan.
Kedua, ASEAN terus bekerja keras, tidak saja menjadi “convening power” namun juga menjadikan ASEAN sebagai kontributor utama perdamaian dan stabilitas kawasan.
Ketiga, memperkuat ARF. Rekan-rekan, di usia ke-30 tahun, sambil terus memperkuat confidence-building measures (CBM).
Keempat, terdapat dukungan yang sangat kuat terhadap upaya menjadikan Asia Tenggara sebagai epicentrum of growth. Untuk ketahanan pangan, transisi energi, arsitektur kesehatan, dan stabilitas keuangan.
Kelima, mengenai mengenai AOIP. Setelah diadopsi tahun 2019, untuk pertama kalinya ASEAN berhasil mengarusutamakan implementasi AOIP di dalam EAS.
"Keberhasilan mengarusutamakan AOIP ini diwujudkan dalam dokumen East Asia Summit (EAS) Plan of Action (2024-2028)," katanya.
Keenam, upaya untuk terus memperkokoh kerja sama di Indo-Pacific. Ketujuh, mengenai masalah Myanmar.
(Zuhirna Wulan Dilla)