MEDAN - Himpunan Wiraswasta Minyak dan Gas mengungkapkan penyebab kenapa gas elpiji 3 kilogram (Kg) langka seperti di sejumlah wilayah di Sumatera Utara dalam kurun waktu beberapa pekan terakhir.
Menurut Ketua Hiswana Migas Sumatera Utara, Haris Razali, kelangkaan gas melon terjadi karena terhentinya pasokan LPG ukuran 3 kilogram dari Pertamina saat perayaan Idul Adha 2023. Padahal saat itu kebutuhan tengah cukup tinggi.
Di samping itu, adanya aktivitas pengoplosan gas dari tabung LPG 3 kilogram ke tabung non-subsidi ukuran 5,5 kg, 12 kg dan 50 kilogram, ikut memperparah kelangkaan.
"Untuk wilayah Sumut memang tidak ada penyaluran secara fakultatif dari Pertamina ke agen di hari libur. Artinya pengiriman LPG justru berhenti ketika tanggal merah atau libur nasional. Akibatnya stok LPG bersubsidi di pangkalan di hari besar Idul Adha kemarin banyak yang kosong," kata Razali, Rabu (2/8/2023).
Kelangkaan semakin parah terjadi setelah kabar kekosongan di sejumlah pangkalan itu menyebar cepat hingga ke perbatasan Deliserdang.
“Di Kota Medan terdapat 1.300 pangkalan dan 40% pangkalan stoknya kosong dan hanya terjadi di beberapa kecamatan tertentu. Namun isu tersebut tersebar cepat lewat media. Akibatnya terjadi panic buying sehingga masyarakat yang biasanya memiliki tabung cadangan, mengisi full seluruh tabung miliknya," tukasnya.
Sementara itu, dari data Pertamina yang disampaikan ke KPPU, diketahui bahwa realisasi penyaluran LPG 3 kg di Kota Medan dan Deliserdang mengalami penurunan dari bulan Mei ke bulan Juni 2023. Dimana justru di bulan Juni, permintaan masyarakat sedang tinggi karena adanya libur Idul Adha.
"Ini yang disinyalir menjadi penyebab terjadinya kelangkaan dan panic buying,” ujar Kepala KPPU-RI Kanwil I-Medan, Ridho Pamungkas.
Sementara itu, Humas PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumatera Bagian Utara, Imam Mohamad, mengatakan tidak ada penambahan stok secara fakultatif saat libur Idul Adha lalu. Namun begitu Pertamina mendapatkan informasi terjadinya peningkatan dari masyarakat, penguatan stok segera dilakukan.
"Sebelumnya memang tidak ada. Penguatan stok baru dilakukan setelah di lapangan ternyata demand (permintaan) dari masyarakat meningkat. Setelah itu kami lakukan penguatan stock seperti yang sedang kami lakukan sekarang," kata Imam.
(Feby Novalius)