Industri Mamin Ungkap Tantangan Mengerikan di Tahun Ini dan 2024

JAKARTA - Industri makanan dan minuman (mamin) mengungkapkan berbagai tantangan yang mesti dihadapi hingga akhir 2023 dan tahun depan. Mulai dari dampak geopolitik, perubahan iklim, krisis kesehatan.

Kemudian krisis logistik yang membuat harga pangan tinggi, kebijakan pembatasan oleh negara maju, hingga melonjaknya harga energi.

“Semua tantangan ini harus kami hadapi tahun depan dan seterusnya. Oleh karena itu, kami perlu mengantisipasi. Salah satu yang penting bagi industri makanan dan minuman adalah bagaimana kami harus didukung teknologi,” kata Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman, dikutip dari Antara, dalam konferensi Agri-Food Tech Expo Asia (AFTEA) 2023, di Jakarta, Kamis (3/8/2023).

Gapmmi pun menyambut pameran AFTEA 2023 untuk memamerkan perkembangan inovasi dan teknologi untuk produk/jasa agro dan makanan dari hulu ke hilir.

Adhi menilai, adopsi teknologi baik industri 4.0, maupun inovasi dan teknologi dalam mendukung industri pangan dan agro.

Gapmmi pun berharap akan ada teknologi dari Indonesia yang bisa digunakan untuk mendongkrak daya tarik perusahaan yang ingin mengembangkan diri.

Sementara itu, Direktur Pangan dan Pertanian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Jarot Indarto mengatakan, untuk mencapai target Indonesia menjadi negara maju di 2045, tantangan utama yang dihadapi adalah produktivitas.

“Kalau soal produktivitas, salah satu beban untuk mengangkat itu adalah di sektor pangan dan pertanian. Transformasi di sektor pangan dan pertanian itu jadi kontribusi besar bagaimana kita menuju negara maju 2045,” katanya.

Bappenas juga terus mencari peluang agar sektor pangan dan pertanian bisa meningkatkan produktivitasnya salah satunya dengan bioekonomi.