JAKARTA – Indonesia merupakan pasar otomotif terbesar di Asia Tenggara dengan persentase 31%.
Namun, rasio kepemilikan kendaraan Indonesia relatif rendah, yaitu hanya 99 kendaraan per 1.000 penduduk.
BACA JUGA:
Dengan ini, maka peningkatan pasar untuk kendaraan listrik terus diupayakan sebagai penggerak utama dekarbonisasi Indonesia.
Dekarbonisasi atau proses menurunkan semua emisi karbon yang dihasilkan manusia ini merupakan program penting pemerintah.
BACA JUGA:
Seperti yang diketahui bahwa Indonesia memiliki populasi penduduk 280 juta jiwa dan merupakan negara berpenduduk terbesar ke-4 di dunia.
“Ini merupakan kesempatan buat investor dunia untuk melihat Indonesia, bahwa Indonesia punya market besar dan pemerintahnya mendukung terhadap dekarbonisasi. Kita juga sudah setuju di tahun 2060 akan turun itu karbon,” kata Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika, Taufik Bawazier di Kementerian Perindustrian, Selasa, 8 Agustus 2023.
Dalam hal ini pemerintah juga telah merencanakan bahwa pada tahun 2060, Indonesia akan menuju net zero emission atau nol emisi karbon. Target Indonesia net zero emission pada tahun 2060, yaitu akan memproduksi 1 mio BEV (Battery Electric Vehicle) di tahun 2035 dan ditargetkan pada tahun 2050 akan 100% penjualan ZEV (Zero Emission Vehicle).
Adapun pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) 55/2019 tentang Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan.
Hal ini bertujuan untuk menurunkan impor BBM, mendorong industri KBLBB (Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB), dan mereduksi emisi.
BACA JUGA:
Selain itu, saat ini alasan utama konsumen Indonesia tidak ingin membeli mobil listrik adalah karena harga pembelian mobil yang relatif mahal dan belum tersedianya stasiun pengisian daya.
Tetapi, hal ini masih terus akan menjadi perhatian pemerintah untuk menuju dekarbonisasi Indonesia.
(Zuhirna Wulan Dilla)