JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa climate change dan polusi udara sudah sangat parah. Hal tersebut diperjelas melalui pernyataan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tentang tidak akan ada hujan paling tidak di Jakarta pada bulan ini.
Luhut menilai bahwa deforestasi, penanganan lahan kritis, dan sampah harus dikurangi untuk mengantisipasi kondisi ini.
"Karena perubahan cuaca itu besar, ini adalah musuh kita ramai-ramai. Mungkin kalau bahasa kerennya itu war against pollution atau perperangan melawan polusi. Jadi jangan ada motong-motong pohon atau deforestasi lagi," katanya.
Luhut juga melakukan peninjauan terhadap program penanganan lahan kritis dilaksanakan kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan secara vegetatif dan sipil teknis baik di dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan negara untuk mengatasi dampak perubahan iklim tersebut di mana salah satunya di Hulu DAS Citarum di Desa Ciminyak, Kec. Cililin, Kab. Bandung Barat.
Lokasi ini menjadi salah satu lokasi persemaian kerja sama Deputi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Marves dengan Astrazeneca dan Trees4trees tentang Dukungan terhadap Upaya Reboisasi dan Revitalisasi Lahan Kritis di DAS Citarum.
Program tersebut adalah bagian dari program global AZ Forest, untuk menanam 50 juta pohon di seluruh dunia, dan hampir setengahnya (20 juta pohon) akan ditanam di Indonesia. Pemerintah Jawa Barat mendukung inisiatif reboisasi dan revitalisasi Sungai Citarum serta agenda investasi berkelanjutan untuk memitigasi kebakaran hutan tahunan, tanah longsor dan perubahan iklim pada program ini.
Menko Luhut berharap dengan berjalannya Program AZ Forest diharapkan dapat memastikan perawatan dan pertumbuhan berkelanjutan dari pohon-pohon yang ditanam.
Adapun, mekanisme pemantauan diperlukan untuk melacak perkembangan dan menjamin kesuksesan upaya rehabilitasi.
"Rehabilitasi lahan kritis sebaiknya dapat memberikan insentif kepada masyarakat setempat dan pohon-pohon yang ditanam bernilai ekonomi, baik itu pohon kayu maupun buah secara wanatani," ujar Luhut.