Waduh! Megaproyek Forest City Malaysia Terancam Mangkrak Gegara China

Kharisma Rizkika Rahmawati, Jurnalis
Senin 04 September 2023 07:34 WIB
Forest City Malaysia terancam mangkrak. (Foto: VOA)
Share :

JAKARTA - Megaproyek Forest City Malaysia terancam mangkrak akibat krisis keuangan yang menerpa raksasa properti China, Country Garden.

Dilansir VOA di Jakarta, Senin (4/9/2023), Pengembang proyek ini berkembang dari ide seorang petani menjadi perusahaan real estate swasta terbesar di Beijing, tetapi kini dibebani utang sebesar USD196 miliar.

 BACA JUGA:

Diketahui kalau Forest City menyasar kelas pembeli menengah atas asal China. Apartemen tersebut sempat mengalami minat pembelian yang buruk, di samping juga kendala kontrol mata uang China yuan, penutupan akibat pandemi, dan kemarahan publik atas pengaruh Beijing yang semakin meningkat di Malaysia.

Kini perusahaan tersebut membukukan rekor kerugian pada paruh pertama 2023.

 BACA JUGA:

Namun mendapat persetujuan kreditur untuk memperpanjang batas waktu pembayaran obligasi utama, menghindari potensi gagal bayar (default) yang membahayakan ribuan pembangunan di dalam dan di luar perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut.

Padahal perusahaan tersebut juga menghadapi tenggat pembayaran bunga senilai jutaan dolar yang belum dibayar, yang sekali lagi memaparkan perusahaan itu terhadap risiko gagar bayar.

“Saya berharap Country Garden dapat mengatasi kesulitan keuangan mereka,” kata Zhao Bojian, 29 tahun, dari Provinsi Henan, China, yang membeli salah satu dari 26.000

"Jika tidak ada orang yang datang ke Forest City, kita tidak bisa berbisnis di sini," tambahnya.

Forest City yang terletak di seberang negara kota Singapura yang berkilauan, kota di negara bagian Johor ini merupakan salah satu pertaruhan ambisius Country Garden yang membawa perusahaan tersebut ke tingkat yang sangat tinggi. Namun kini terancam mengalami kegagalan.

Diluncurkan di bawah Inisiatif Sabuk dan Jalan China dengan perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh sultan Malaysia yang berkuasa, Forest City menampung hanya sekitar 9.000 orang, jauh di bawah target 700.000 orang.

 BACA JUGA:

Pekerja konstruksi bekerja di kota pulau itu pada siang hari, sementara keheningan mencekam terjadi di jalan raya empat jalur yang sepi pada malam hari.

Hanya sejumlah kecil lampu yang bersinar dari jendela pada malam hari di lebih dari dua lusin menara tinggi milik proyek tersebut.

Di bawahnya terdapat barisan etalase toko yang tutup, beberapa di antaranya dengan dokumen pengadilan tertempel di pintu menuntut pembayaran yang tertunggak. Di dalam, sampah berserakan di lantai.

Bahkan banyak pembeli yang tidak tinggal di kota buatan tersebut, kata seorang petugas keamanan kepada AFP, dan malah menyembunyikan uang mereka.

Patung-patung model dari empat pulau buatan kota yang telah selesai dibangun jauh dari keadaannya saat ini ditempatkan di lobi ruang pamer penjualan untuk menarik calon pembeli dengan dipandu oleh rambu-rambu jalan berbahasa Mandarin, Melayu, dan Inggris.

Sebenarnya pemerintah telah menentang izin tinggal bagi investor ekspatriat, dan mengkritik proyek tersebut karena dibangun hanya untuk orang asing.

Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim telah turun tangan untuk mencoba menyelamatkan Forest City yang terancam menjadi proyek mangkrak.

Pekan lalu, dia mengumumkan pembentukan zona keuangan khusus dan fasilitasnya termasuk tarif pajak penghasilan khusus dan visa masuk ganda.

Para pengamat mengatakan Forest City menghadapi perjuangan berat.

“Tekanan likuiditas dapat berdampak pada kemampuan mereka untuk menyelesaikan proyek perumahan di luar negeri,” kata Kepala Ekonom Asia-Pasifik, Bernard Aw di perusahaan asuransi kredit, Coface.

Kota ini berjarak tiga jam berkendara dari Ibu Kota Kuala Lumpur. Kota ini juga menarik pengunjung yang ingin melihat sekilas Menara Petronas atau membeli alkohol bebas bea.

“Semua orang datang ke sini untuk minum minuman beralkohol,” kata teknisi yang berbasis di Singapura, Denish Raj Ravindaran, 32 tahun.

“Saya tidak akan tinggal di sini, ini adalah kota hantu. Jalannya gelap dan berbahaya serta tidak ada lampu jalan," lanjutnya.

Di salah satu menara setinggi 45 lantai, seorang pejabat mengatakan hanya dua lantai yang ditempati sementara sisanya dijual.

Country Garden saat ini tengah berjuang untuk bertahan hidup dan kemungkinan diperlukan upaya keras, baik dari Beijing maupun Kuala Lumpur, untuk menghidupkan kembali Forest City.

“Saya datang ke sini untuk berlibur setelah melihat video TikTok,” kata petugas ritel Nursziwah Zamri, 30 tahun, dari negara bagian Malaka.

"Jika Anda bertanya kepada saya apakah saya akan tinggal di sini, jawabannya adalah tidak,” pungkasnya.

(Zuhirna Wulan Dilla)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya