JAKARTA - Mengolah limbah daun nanas menjadi serat kain bernilai fantastis yang bisa raup cuan. Bahkan produknya bisa tembus pasar ekspor.
Serat daun nanas mampu diolah, dipintal hingga dirajut jadi aneka produk, dari kain, tas, sepatu bahkan kini dikembangkan jadi pakan ternak, pupuk hingga kertas. Serat nanas sudah masuk pasar ekspor dan mulai dilirik sejumlah negara.
BACA JUGA:
Hal ini dilakukan oleh Alan Sahroni yang merupakan warga di Desa Cikadu, Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Alan merupakan founder Pinneapple Leaf Fiber (Pinlefi). Kelompok Pinlefi tergerak untuk mengolah daun nanas tersebut untuk dapat diambil seratnya.
BACA JUGA:
“Hasil serat ini dapat dijadikan sebagai kain serta berbagai macam jenis produk eco-fashion dan berbagai bentuk kerajinan,” kata Alan dalam keterangan resmi PT Pertamina EP (PEP) Subang Field, Jakarta, Minggu (5/11/2023).
Alan menjadi sekaligus penggerak awal yang mendorong masyarakat untuk mengubah pola pikir sehingga terwujud praktik bebas sampah (zero waste).
Dalam perkembangannya, usaha mengolah daun nanas menjadi serat sejalan dengan prinsip pemberdayaan masyarakat.
Hal ini tampak dari usaha ini yang melibatkan masyarakat petani nanas memasok daun nanas ke kelompok Pinlefi.
“Hasilnya, daun nanas yang selama ini tidak bernilai ekonomi menjadi ada nilai keuntungan yang dapat diperoleh,” jelas Alan.
BACA JUGA:
Kelompok Pinlefi mengajak masyarakat sekitar, baik ibu-ibu maupun pemuda karang taruna untuk bekerja bersama membuka lapangan pekerjaan.
Pada 2023, omzet kelompok bahkan mencapai Rp154,3 juta.
Sementara itu, Head of Communication, Relation & CID Zona 7 Subholding Upstream Pertamina Wazirul Luthfi mengatakan Kabupaten Subang adalah penghasil nanas terbesar di Jawa Barat, namun daun nanas hanya menjadi limbah.
Tingginya angka produksi nanas pun berbanding lurus dengan meningkatnya volume limbah daun nanas.
“Setiap 1 Ha perkebunan nanas menghasilkan limbah daun nanas sebesar 14 ton,” ujar Wazirul.
Pasca panen nanas, kebanyakan para petani membakar daun nanas. Hal ini berpengaruh ke lingkungan dan kesehatan. Salah satu dampak negatif adalah munculnya emisi gas rumah kaca yang menyebabkan terjadinya pemanasan global dan menimbulkan polusi udara yang memiliki implikasi terhadap tingkat kesehatan paru masyarakat.
Menurut catatan Puskesmas Cirangkong, ISPA menjadi penyakit nomor dua di Desa Cikadu pada 2020 dengan 878 kasus.
Untuk itu PEP Subang Field bersinergi dengan Pinlefi untuk mengembangkan inovasi pemanfaatan serat olahan daun nanas.
(Zuhirna Wulan Dilla)