Ganjar Pranowo Gali Potensi Hilirisasi dari 3 Sektor

Royandi Hutasoit, Jurnalis
Rabu 15 November 2023 10:03 WIB
Ganjar soroti peluang hilirisasi tiga sektor (Foto: Okezone)
Share :

JAKARTA - Calon Presiden (Capres) Ganjar Pranowo menyiapkan rencana alternatif hilirisasi selain fokus pada nikel. Menurut Ganjar, potensi hilirisasi sebenarnya mencakup sejumlah sektor lain, termasuk kelautan, pertanian, dan perkebunan.

"Kenapa tidak kita lakukan hilirisasi pada sektor kelautan? Mengapa tidak kita perluas hilirisasi pada sektor pertanian dan perkebunan yang kita unggulkan? Mengapa tidak ada yang membahas potensi kosmetik dari bahan-bahan tersebut? Mengapa tidak ada pembahasan mengenai sektor farmasi yang dapat dikembangkan dari sana?" ucap Ganjar, dikutip Rabu (15/11/2023).

Ganjar juga menekankan pentingnya mempertimbangkan opsi hilirisasi alternatif dari sektor kelapa sawit. Menurutnya, ini menjadi hal krusial untuk memperluas cakupan pengolahan lebih lanjut dengan cara yang lebih efisien terhadap bahan baku pertanian.

"Sebagai contoh, kita dapat mengoptimalkan produk dari kelapa sawit untuk keperluan kosmetik dan farmasi," ungkap Ganjar.

Selain itu, Ganjar mengkritik penggunaan pendekatan berbasis lahan dalam pembangunan Indonesia. Ia menyatakan bahwa kecenderungan ini lebih suka memudahkan pelaksanaan proyek, terutama dalam hal ekstraksi batu bara.

"Mengapa kita saat ini lebih fokus pada pendekatan berbasis lahan? Karena itu terlihat menarik dan lebih sederhana. Maaf, dengan segala hormat, jika ada batu bara, tinggal diambil saja, bukan begitu?" tegas Ganjar.

Sektor Potensial Hilirisasi Menurut Ganjar Pranowo

Ganjar juga mencatat ada 3 sektor potensial hilirisasi yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah Indonesia, yaitu:

1. Kelapa Sawit

Kelapa sawit merupakan salah satu sektor yang memiliki potensi untuk mengalami proses hilirisasi di Indonesia. Meskipun telah menjadi komoditas utama yang memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional, sebagian besar produksi minyak kelapa sawit masih diekspor dalam bentuk crude palm oil (CPO) sebanyak 48,24 juta ton dan palm kernel oil (PKO) sebanyak 9,65 juta ton, sehingga nilai tambahnya masih tergolong rendah.

Hilirisasi ini mencakup berbagai produk bernilai tambah seperti oleo pangan, oleokimia, dan biofuel, yang memiliki potensi memberikan kontribusi signifikan dalam meningkatkan devisa negara dan meningkatkan daya saing industri kelapa sawit Indonesia.

2. Perkebunan Kopi

Industri kopi Indonesia mencapai pencapaian yang sangat positif selama periode tahun 2022/2023, dengan produksi mencapai 794,8 ribu ton. Sebagai salah satu produsen kopi terbesar di dunia, Indonesia memiliki peluang besar untuk mengembangkan pengolahan lanjutan dalam sektor kopi.

Tujuan dari upaya ini adalah untuk memperluas jangkauan pasar kopi, mencakup tahap produksi dari hulu hingga hilir.

Fokus pada memberdayakan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) serta mendorong inovasi dalam produk kopi berkualitas tinggi dianggap sebagai langkah krusial untuk meningkatkan daya saing kopi Indonesia di pasar global.

Dengan dorongan ini, diharapkan potensi kopi Indonesia dapat lebih diakui dan diekspor ke berbagai negara, memberikan peluang baru bagi pelaku UKM lokal.

Perlu dicatat bahwa keberlanjutan dalam praktik pertanian dan distribusi yang konsisten adalah elemen utama yang harus dipertimbangkan dalam mengembangkan potensi hilirisasi kopi Indonesia.

3. Perikanan

Meskipun Indonesia memiliki potensi sumber daya perikanan yang sangat melimpah, upaya untuk melakukan hilirisasi produk di sektor perikanan masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan prestasi negara-negara lain.

Riza Damanik, Ketua Umum Ikatan Sarjana Kelautan Indonesia (ISKINDO), menekankan pentingnya pengolahan lanjutan sebagai sarana untuk memperkuat peluang ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dengan memberikan contoh dari negara-negara seperti Amerika Serikat, China, Vietnam, dan Thailand, Riza menyatakan bahwa hilirisasi di sektor perikanan dapat memberikan lompatan signifikan bagi pertumbuhan ekonomi, mencapai angka hingga 50 persen atau bahkan 500 persen dari nilai komoditas perikanan.

Dalam konteks Indonesia, syarat mutlak yang harus dipenuhi untuk mendorong pengolahan lanjutan adalah menciptakan lapangan kerja yang lebih luas di sektor perikanan dan membangun ekosistem usaha yang kuat yang menghubungkan berbagai pelaku usaha, dari skala mikro hingga besar.

Hilirisasi Butuh Regulasi

Ganjar menyampaikan pandangan bahwa untuk mewujudkan konsep hilirisasi baru, terutama di sektor kemaritiman yang dianggap sebagai potensi, diperlukan regulasi yang jelas dari hulu hingga hilir.

Dia juga menyoroti pentingnya pengembangan infrastruktur pendukung seperti cold storage dan ketersediaan bahan bakar.

Ganjar menekankan perlunya pembagian perhatian yang merata, dengan memberikan perhatian dan afirmasi khusus untuk sektor mikro. Fasilitasi harus diberikan agar sektor ini dapat berkembang. Menurut Ganjar, jika sektor ini tumbuh, dampak positifnya akan sangat besar.

Ganjar meyakini bahwa dengan menerapkan strategi alternatif untuk memperluas skema pengolahan lanjutan di Indonesia, hilirisasi memiliki potensi untuk menggali peluang dari sektor kelautan, pertanian, dan perkebunan.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya