Prediksi Perilaku Pengusaha hingga Pasar Saham Jelang Pemilu 2024

Pika Piqhaniah, Jurnalis
Rabu 06 Desember 2023 10:09 WIB
Prediksi Ekonomi di Tahun Pemilu. (Foto: Okezone.com/Feby)
Share :

JAKARTA - Tahun politik diprediksi menjadi momen bagi para pelaku usaha untuk menahan ekspansi di 2024. Pelaku bisnis diperkirakan wait and see menanti hasil Pemilu sambil mencermati rencana tiap kandidat untuk menggerakkan ekonomi makro apabila terpilih.

Hal ini menjadi bahasan dalam webinar Sinarmas Sekuritas (SimInvest) yang mengangkat tema Monthly Market Outlook: Melihat Peluang Investasi di Sektor Pilihan Tahun 2024, Selasa (2/11). Acara ini menghadirkan Isfhan Helmy (Head of Institutional Research Sinarmas Sekuritas) dan

Head of Institutional Research Sinarmas Sekuritas Isfhan Helmy menuturkan, dalam tiga perhelatan Pemilu terakhir, sektor perbankan dan konsumsi mampu mencetak performa yang cemerlang 9 bulan pasca Election Day. Didukung oleh RAPBN 2024 yang akan banyak berfokus pada stimulasi grass-root spending.

“Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi mampu bertahan di atas 5% di tengah ancaman kekeringan yang disebabkan fenomena El-Nino. Jika Indonesia berhasil melewati periode semester 1 sesuai ekspektasi pasar, tanpa adanya guncangan yang berarti bagi ekonomi, maka kami yakin IHSG berpeluang menutup tahun 2024 mendekati level 8.000,” ujarnya, Rabu (6/12/2023).

Saat ini baseline skenarionya, IHSG akan mampu menembus level 7.600 pada tahun depan, dengan asumsi 14x price-to-earnings ratio.

“Sedangkan skenario Bullish kami, tidak tertutup kemungkinan IHSG akan mencapai level tertinggi dalam sejarah di 8,050 pada tahun depan, dengan asumsi 15.3x price-to-earnings ratio,” tutur Isfhan.

Sector picks Sinarmas Sekuritas antara lain, perbankan, konsumsi, retail, telekomunikasi dengan saham pilihan sebagai berikut: Telkom Indonesia (TLKM), Astra International (ASII), Indofood CBP (ICBP), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Jago (ARTO), Sumber Alfaria Sejahtera (AMRT), Ace Hardware Indonesia (ACES) dan Adaro Minerals (ADMR).

Secara umum laba per saham IHSG diperkirakan akan tumbuh hingga 11% pada tahun depan, dan pertumbuhan GDP secara full-year akan mencapai 5.1%. Sentimen global pun tidak akan terlalu memberatkan IHSG, dimana Isfhan memperkirakan perekonomian Amerika Serikat akan berhasil menghindari resesi di tahun 2024.

Sementara itu, Head of Retail Research Sinarmas Sekuritas Ike Widiawati menambahkan bahwa dari pihak regulator seperti OJK dan IDX juga terus melakukan inovasi yang bertujuan untuk menciptakan kondisi pasar modal yang transparan serta kredibel.

“Inovasi itu berupa Papan pemantauan khusus. Saya rasa dengan adanya inovasi papan pemantauan khusus serta penerapan sistem lelang, semua ini menunjukkan bahwa regulator telah menuju langkah yang tepat demi meningkatkan aktivitas investasi yang lebih aktif disertai transparan. Adapun tahap kedua masih tertunda hingga 6 bulan ke depan,” ujarnya.

Pasar saham Indonesia memiliki potensi pertumbuhan yang positif di tahun 2024, di mana level tertinggi IHSG yakni di 7377. IHSG saat ini masih dibawah level tersebut, padahal pasar saham di Amerika Serikat yakni Dow Jones telah melampaui titik tertinggi sepanjang sejarahnya.

Selain itu, sepanjang tahun ini telah tercatat sebanyak 78 perusahaan di Bursa Efek Indonesia. Saham yang baru IPO bahkan telah berhasil menggeser BBRI dari porsi market kapitalisasi terbesar kedua yakni saham BREN. Harga saham BREN telah naik 7.6x sejak IPO, bahkan saham CUAN juga telah naik sebanyak 43x. Akan tetapi, disisi lain ternyata tidak sedikit pula saham IPO justru mengalami penurunan seperti BMBL yang turun 90% dan SOUL turun 80%.

Dengan demikian, pelaku pasar diharapkan lebih selektif dan bijaksana dalam melakukan investasi saham agar tidak terjebak fomo semata. Ketidakpastian selalu terjadi, setiap tahun selalu ada masalah yang muncul, namun sebagai investor yang cerdas kita dituntut untuk dapat fleksibel untuk menghadapi perubahan kondisi ini.

Masalah itu selalu ada, seperti tahun COVID pada 2020-2021, tahun perang dan invasi Rusia-Ukraina pada 2022, inflasi dan suku bunga agresif di 2023, dan tahun pemilu di 2024. Jadikan tahun pemilu atau perubahan kepemimpinan ini menjadi perubahan yang positif bukan hanya ke pasar saham, namun juga dalam strategi berinvestasi yang harus lebih selektif dan aktif.

(Feby Novalius)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya