Mengenal Baterai LFP Tanpa Nikel, Bagaimana Nasib RI?

Muhamad Fadli Ramadan, Jurnalis
Senin 22 Januari 2024 14:17 WIB
Mengenal Baterai LFP Tanpa Nikel (Foto: Shutterstock)
Share :

JAKARTA - Mengenal baterai LFP tanpa nikel, nasib Indonesia bagaimana sebagai salah satu produsen nikel terbesar di dunia? Kini banyak produsen kendaraan listrik mulai beralih ke baterai LFP (lithium ferro-phosphate) sehingga tidak perlu memakai nikel dari Indonesia.

Baterai LFP ini menjadi bahan perbincangan usai saat debat keempat Pilpres 2024. Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka bertanya soal LFP kepada Cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin.

Menurut Gibran, Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia sehingga bisa menjadi kekuatan. Dia juga mengatakan apabila terus membahas teknologi baterai LFP (lithium iron phosphate), itu sama saja mempromosikan produk China.

“Paslon nomor 1 dan timsesnya sering gaungkan LFP, Lithium Ferro Phosphate. Saya enggak tahu ini pasangan nomor 1 ini anti-nikel apa gimana,” kata Gibran, dalam debat keempat Pilpres 2024, di Jakarta Convention Center, Jakarta Pusat, Minggu (21/1/2024).

“Kita itu Indonesia sekarang adalah negara dengan cadangan nikel terbesar sedunia, ini kekuatan kita, bargaining kita, jangan malah bahas LFP itu sama aja promosikan produk China,” sambungnya.

Padahal, isu mengenai LFP ini sering kali dibahas oleh tim sukses dari paslon 1. Gibran merasa aneh, isu FLP dan nikel tidak dikuasai oleh Muhaimin.

“Ini agak aneh, ya, yang lebih sering ngomongin LFP itu timsesnya tapi cawapresnya gak paham. Kan aneh, sering bicara FLP-FLP, lithium ferro phosphate, Tesla gak pake nikel, ini kan kebohongan publik, mohon maaf, Tesla itu pakai nikel, Pak,” kata Gibran.

Lantas, apa itu LFP yang sempat menjadi perbincangan panas antara Gibran dan Cak Imin dalam debat cawapres?

Bahkan, disebut bahwa LFP sudah tidak menggunakan nikel yang bisa membuat salah satu cadangan sumber daya alam Indonesia itu tidak akan berguna.

Melansir Ecotreelithium, LFP merupakan singkatan dari lithium iron phosphate atau lithium ferro phosphate (LiFePO4). Baterai LFP, juga dikenal sebagai baterai litium besi fosfat.

Dikutip dari PowerTech, Senin, 22 Januari 2024, teknologi LFP atau LiFePO4 ini muncul pada tahun 1996, untuk menggantikan teknologi baterai lainnya karena keunggulan teknis dan tingkat keamanannya yang sangat tinggi.

Baterai LiFePO4 adalah jenis teknologi litium ion baru yang menggunakan litium besi fosfat sebagai bahan elektroda positif. Baterai litium menjadi jenis baterai litium yang semakin populer karena beberapa alasan.

Dalam hal baterai, keselamatan adalah hal yang penting. Beberapa kasus perangkat elektronik dengan baterai lithium ion terbakar selalu memberikan kekhawatiran bagi para penggunanya.

Tetapi, masalah itu tidak muncul pada baterai litium besi fosfat karena baterai tersebut memiliki bahan kimia litium yang paling aman. Tingkat stabilitas struktural dan termalnya dapat ditandingi oleh jenis baterai lain, termasuk baterai asam timbal.

Memaksa penggunaan baterai LFP pada suhu ekstrem, terjadi korsleting, tabrakan, atau kejadian berbahaya serupa tidak akan menyebabkan baterai meledak atau terbakar. Ini membuat baterai jenis ini semakin populer dan banyak digunakan produsen mobil listrik.

Baterai LFP juga memiliki masa pakai yang cukup panjang hingga 5.000 siklus pada penggunaan daya sebesar 80 persen, tanpa penurunan kinerja. Harapan hidup baterai LFP adalah sekitar lima hingga tujuh tahun.

Cadangan Nikel Indonesia

 

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), cadangan nikel baik jenis nikel kadar tinggi atau saprolit dan nikel kadar rendah atau limonit terkira sekira 5,2 miliar ton.

Dari cadangan nikel yang terhitung mencapai 5 miliar ton tersebut, sebanyak 3,5 miliar ton merupakan cadangan bijih nikel kadar tinggi atau saprolit dan 1,5 miliar ton merupakan cadangan bijih nikel kadar rendah atau limonit.

Sumber cadangan nikel di Indonesia paling banyak tersimpan di wilayah Sulawesi. Indonesia masih memiliki sumber daya nikel sekitar 17 miliar ton di luar green area yang belum dieksplorasi.

Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian ESDM 2021, sumber daya bijih nikel mencapai 17,68 miliar ton dengan cadangan 5,24 miliar ton.

Untuk sumber daya logam nikel mencapai 177 juta ton dengan cadangan 57 juta ton. Dengan besaran sumber daya dan cadangan tersebut, menurut Badan Geologi, umur cadangan nikel saprolite tinggal 15 tahun dan cadangan nikel limonite 34 tahun.

(Dani Jumadil Akhir)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya