Kemudian, Danis juga mengatakan box tersebut, yang nantinya akan membentuk sebuah terowongan, bisa kedap air ketika mulai proses pemenggalan. Sebab part-part tersebut tetap secara satu persatu disambungkan didalam air.
Belum lagi, dikatakan Danis, proyek tol bawah laut itu juga menelan biaya yang tidak murah. Bahkan, jika pembangunan tol di darat menelan biaya Rp100 miliar perkilo meter, dan sekitar Rp1 triliun untuk eleveted, maka pembangunan tol bawah laut ini diproyeksikan menelan biaya Rp5 triliun perkilo meter.
Oleh sebab itu, dilanjutkan Danis, Pemerintah juga tengah merumuskan skema yang cocok untuk merealisasikan pembangunan tol bawah laut tersebut. Apakah melalui skema investasi, APBN, atau campuran keduanya alias KPBU.
"Pemerintah kan nanti memutuskan, pak Menteri kan (pengambil) kebijakan, kalo mislanya investasi terlalu ini (mahal) ya yang ada sekarang kan (proyek) APBN dulu. Kalau invetasi Ad faktor pengembalian, investasi juga perlu ada prosesnya kan. Kalau memang nanti siap (DED), misalnya nanti investasi belum, ya didanai APBN," tutup Danis.
(Feby Novalius)