Perkembangan ini mengakibatkan ketidakpastian di pasar keuangan dunia masih tinggi.
"Suku bunga Fed Funds Rate (FFR) diprakirakan baru mulai menurun pada semester II 2024, sejalan dengan inflasi AS yang masih tinggi," ungkap Perry.
Yield US Treasury kembali meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang (term-premia).
Perkembangan tersebut menyebabkan menguatnya dolar AS secara global, menahan berlanjutnya aliran masuk modal asing, dan meningkatkan tekanan pelemahan nilai tukar di negara emerging market.
Kondisi ini memerlukan penguatan respons kebijakan untuk memitigasi dampak negatif rambatan global tersebut, termasuk di Indonesia.
(Taufik Fajar)