Dirut BNI Buka-bukaan soal Era Pemangkasan Suku Bunga

Anggie Ariesta, Jurnalis
Senin 30 September 2024 18:20 WIB
BNI soal Pemangkasan Suku Bunga (Foto: BNI)
Share :

JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) melihat optimistis dari tantangan yang dihadapi industri perbankan usai suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) alias BI Rate turun ke level 6 persen.

Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan, BNI yakin jika suku bunga turun, ditambah dunia politik yang lancar dan transisi sudah berjalan maka tidak ada masalah dalam suku bunga acuan.

"Harapannya, tadi BNI pengennya optimis, suku bunga udah turun harusnya lebih yakin, ini momentum politiknya smooth, transisinya udah jalan, bunga turun, ini banyak sekali parameter yang kalau kita optimis harusnya," kata Royke saat ditemui BNI Tower, Jakarta, Senin (30/9/2024).

Dari sisi pertumbuhan kredit, Royke mengungkapkan saat suku bunga turun ini biaya belum ikut turun. Hal ini mengakibatkan likuiditas BNI agak mengetat.

"Tapi kita sih apa namanya saya sih sangat berharap bunga turun, karena bagaimanapun juga kita pengen bunga tuh rendah supaya orang lebih berani berusaha," ungkap Royke.

"Bank kalau bunganya tinggi terus orang ga akan berusaha, gak ada yang mau beli properti, gak ada yang mau invest," imbuhnya.

Untuk proyeksi pertumbuhan kredit BNI sendiri, Royke masih optimis di double digit yaitu 10 persen.

"Masih double digit, 10 persen lah, (demand) belum kelihatan, orang kan masih nunggu," tegasnya.

Dengan demikian, Royke berharap bahwa saat suku bunga turun ini masyarakat akan lebih membeli properti, karena likuiditas yang ketat sehingga bunga bank belum berlangsung turun.

Perlu diketahui, BNI membukukan laba bersih konsolidasi senilai Rp10,7 triliun pada semester I 2024. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, laba ini tumbuh 3,8 persen secara tahunan (yoy).

Pada periode yang sama, BNI menyalurkan kredit senilai Rp726,98 triliun, naik 11,71 persen yoy dari Rp650,77 triliun.

Sedangkan dana pihak ketiga (DPK) tercatat tumbuh 0,96 persen yoy dari Rp765 triliun menjadi Rp772,32 triliun, dengan dana murah atau current account saving account (CASA) yang naik 2,51 persen yoy menjadi Rp545,69 triliun dari sebelumnya Rp532,34 triliun.

(Taufik Fajar)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya