Strategi Gas dan Rem Jokowi Selamatkan Indonesia dari Krisis Ekonomi akibat Pandemi Covid-19

Binti Mufarida, Jurnalis
Selasa 15 Oktober 2024 10:01 WIB
Strategi Gas dan Rem Jokowi Selamatkan Ekonomi Indonesia dari Krisis akibat Pandemi Covid-19 (Foto: Setpres)
Share :

JAKARTA - Mengungkap strategi gas dan rem Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mampu menyelamatkan Indonesia dari krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Sejak ditetapkan sebagai pandemi Covid-19 pada 11 Maret 2020 oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), Covid-19 telah menyebar luas ke seluruh dunia. Tidak hanya berdampak pada krisis kesehatan, pandemi Covid-19 juga menyebabkan perekonomian sebagian besar negara-negara di dunia tumbuh negatif bahkan resesi. Hanya sebagian kecil negara di dunia yang masih bertahan dan ekonominya tumbuh.

Pandemi Covid-19 telah menyebabkan krisis ekonomi di seantero jagat. Tidak hanya dialami negara-negara berkembang dan miskin, negara-negara maju juga merasakan dampak negatif merebaknya Covid-19. Sebagian besar negara maju bahkan terperangkap dalam resesi ekonomi yang cukup dalam. Begitu pula negara berkembang.

Sejumlah lembaga internasional memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2020 diprediksi akan turun lebih dalam dari tahun-tahun sebelumnya. Pada Januari 2021, IMF mengestimasi pertumbuhan ekonomi global di angka minus 3,5%. Sementara Bank Dunia pada Januari 2021 dan OECD pada Desember 2020 masing-masing memprediksi penurunan pertumbuhan ekonomi global lebih dalam menjadi minus 5,2% dan minus 4,2%.

Lesunya perekonomian global tersebut tak lepas dari efek pandemi Covid-19 yang menjalar hingga ke persoalan ekonomi dan keuangan dunia. Kedatangannya yang tiba-tiba memberikan tekanan yang besar dari sisi penawaran dan permintaan.

 

Rantai produksi dunia bukan hanya terganggu, bahkan terputus, karena banyak negara memilih karantina wilayah (lockdown) untuk menahan laju penyebaran Covid-19. Gangguan suplai juga menjalar ke sisi permintaan, konsumsi turun signifikan, investasi merosot drastis, dan perdagangan dunia sangat lesu.

Turunnya aktivitas perekonomian dan terbatasnya mobilitas barang dan jasa, serta pembatasan ruang gerak penduduk, pada akhirnya memukul pula pendapatan perusahaan dan masyarakat. Akibatnya, pemutusan hubungan kerja dan merumahkan karyawan terjadi di mana-mana di dunia.

Penerapan kebijakan pembatasan mobilitas untuk menekan penyebaran Covid-19 menimbulkan pula goncangan baik di pasar keuangan maupun sektor riil. Di sisi penanganan dampak ekonomi, berbagai kebijakan diarahkan pada tiga prioritas, yaitu menyediakan dana untuk penanganan kesehatan, menyalurkan bantuan jaringan pengaman sosial, dan memberikan stimulus/dukungan ekonomi kepada dunia usaha.

Indonesia menunjukkan kemampuan yang baik selama mengelola pandemi Covid-19 di bawah kepemipinan Presiden Jokowi. Bukan hanya angka kematian per kapita yang rendah, tapi juga didukung kebijakan fiskal yang tepat.

Keberhasilan melewati masa sulit ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu dari sedikit negara yang berhasil menangani krisis global akibat Covid-19 dengan cepat. Presiden Jokowi saat itu menerapkan strategi pendekatan 'Gas dan Rem' untuk menanggulangi krisis.

Keseimbangan antara penanganan kesehatan dan stabilitas ekonomi diupayakan, sehingga sekali waktu pembatasan ketat dilakukan namun juga diselingi pelonggaran bagi aktivitas masyarakat. Ada 3 roda penting dalam mengoperasikan 'Gas dan Rem'.

 

Pertama, stimulus ekonomi yang menjamin masyarakat tidak kehilangan pekerjaan. Kedua, perlindungan sosial agar masyarakat tidak kelaparan dan ketiga penanganan kesehatan untuk meminimalisir korban. Di samping itu juga memberikan dukungan digitalisasi bagi UMKM.

Berdasarkan riset yang dirilis pada 2024 oleh WHO, Indonesia mengalami resesi yang rendah. Indikatornya, Indonesia hanya terkontraksi 2,07% pada 2020. Inggris terkontraksi 9,9%. Jepang menyusut 4,8% sedangkan Perancis dan Italia menutup tahun 2020 dengan kontraksi masing-masing 8,2% dan 8,9%.

Di kawasan Asia Tenggara Singapura tercatat terkontraksi 5,4%, Malaysia minus 5,6%, dan Thailand minus 6,1%. Sementara, Filipina menjadi yang paling buruk lantaran perekonomiannya terkontraksi hingga 9,5% pada 2020.

 

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya