Sri Mulyani Umumkan APBN 2024 Defisit 2,29 Persen, Tekor Rp507,8 Triliun

Anggie Ariesta, Jurnalis
Senin 06 Januari 2025 11:18 WIB
Sri Mulyani soal APBN 2024
Share :

JAKARTA - Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ditutup dengan defisit sebesar 2,29 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) sepanjang 2024.

1. Defiisit

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, defisit tersebut bisa dikatakan sama seperti yang ditargetkan pemerintah dalam UU APBN 2024. Adapun pemerintah dalam Laporan Semester sempat memperkirakan defisit melebar hingga 2,70 persen PDB.

"Di sisi penerimaan mulai membaik, defisit APBN pada akhirnya terjaga turun pada level yang sama dengan defisit yang kita desain awal yaitu 2,29 persen," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN 2024, Senin (6/1/2025).

2. APBN 2024

Lebih lanjut, Sri Mulyani mengatakan bahwa pemerintah dalam APBN 2024 merancang defisit senilai Rp522,82 triliun atau 2,29 persen PDB. 

Sementara outlook defisit anggaran 2024 yang disampaikan dalam Laporan Semester I 2024 kepada DPR dan kabinet adalah Rp609,7 triliun atau 2,70 persen dari PDB.

Menkeu menjelaskan terdapat berbagai tantangan yang terjadi pada semester I 2024 sehingga berdampak pada kontraksi penerimaan negara. Penerimaan negara pada saat itu tercatat mengalami kontraksi sebesar 6,2 persen.

 

3. Kenaikan Kebutuhan Belanja

Di sisi lain, terdapat kenaikan kebutuhan belanja negara untuk meredam dampak guncangan terhadap ekonomi dan melindungi daya beli masyarakat.

Beberapa tantangan yang terjadi pada semester I 2024 antara lain akibat situasi geopolitik yang memanas, perlambatan ekonomi China, kenaikan harga minyak, serta fenomena el nino. Pada situasi tersebut, inflasi Indonesia meningkat, nilai tukar rupiah melemah, serta yield SBN mengalami kenaikan.

4. Kinerja Ekonomi Global

Memasuki semester II 2024, Sri Mulyani menyebut kinerja ekonomi global mulai membaik seiring dengan respons kebijakan di berbagai negara walaupun eskalasi perang di Timur Tengah belum menurun. 

Pada semester II 2024, tekanan harga minyak telah mereda, serta terjadi peningkatan harga komoditas andalan ekspor Indonesia seperti batu bara, nikel, dan minyak kelapa sawit.

Penerimaan negara pun mampu tumbuh sebesar 2,1 persen, yield SBN lebih kompetitif, inflasi terkendali, serta tekanan terhadap rupiah mereda.

(Taufik Fajar)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya