JAKARTA - Presiden Prabowo Subianto membidik pertumbuhan ekonomi nasional di angka 8% per tahunnya. Salah satu taktik yang ditempuh agar bisa mencapai target dengan mendirikan Badan Pengelolaan Investasi Daya Anagata Nusantara atau BPI Danantara.
Dalam skemanya, Danantara bakal menaungi Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Bahkan, cakupannya jauh lebih luas lagi, lantaran Indonesia Investment Authority (INA) dan special mission vehicles (SMV) juga akan diambil alih oleh badan baru tersebut.
Lantas, apa strategi Danantara agar bisa merealisasikan pertumbuhan makro ekonomi di level 8%?
Ruang lingkup kerja Danantara didasari pada manajemen aset (asset management), manajemen investasi (investment management), dan investasi perbankan (investment banking).
Di sisi manajemen aset, seluruh aset BUMN akan dikonsolidasikan dan dikelola langsung Danantara. Dalam konteks ini, Associate Director BUMN Research UI Toto Pranoto mengatakan, Danantara akan membentuk dua subholding, yakni Holding Investasi dan Holding Operasional.
Pernyataan Toto merujuk pada hasil Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang perubahan ketiga atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN.
Dari beleid itu dijelaskan bahwa Holding Investasi merupakan BUMN mempunyai tugas untuk melakukan pengelolaan dividen, pemberdayaan aset BUMN, serta tugas lain yang ditetapkan oleh Menteri dan Badan.
Sedangkan, perusahaan Induk Operasional atau Holding Operasional memiliki tugas melakukan pengawasan terhadap kegiatan operasional BUMN serta kegiatan usaha lainnya.
“Kalau kita lihat di Undang-undang tersebut ya, nanti kan memang BPI Danantara kemudian pada akhirnya itu akan membuat dua holding di bawah Danantara ya,” ujar Toto kepada MNC Portal, Jumat (7/2/2025).
“Jadi itu adalah holding terkait dengan soal BUMN operasional yang disebut begitu, selanjutnya kedua adalah Holding BUMN Investasi,” paparnya.
Menurutnya, Holding Investasi menjadi senjata jitu Danantara untuk mempercepat pelaksanaan program investasi pemerintah. Misalnya di sektor ketahanan energi, ketahanan pangan, dan lain-lain.
Skema yang ditempuh Danantara melalui Holding Investasi adalah mengundang investor kelas kakap untuk dikerjasamakan menggarap proyek prioritas baik pangan, energi, dan bidang lain.
“Jadi bagaimana caranya? Menurut saya caranya adalah pada saat nanti BP Danantara bisa membuat atau mengusulkan suatu proyek di bidang prioritas,” beber dia.
“Kemudian nanti dia bisa mengundang juga strategik investor, global investor untuk masuk bersama-sama di dalam joint ventures proyek tadi,” lanjutnya.
Toto meyakini, bila investor strategi menaruh kepercayaan besar kepada Danantara karena memiliki kemampuan modal dan aset besar, hasil konsolidasi aset-aset BUMN.
“Kenapa global investor mau masuk? Ya karena mereka percaya bahwa lokal investornya punya kredibilitas yang cukup, punya dana kelolaan yang cukup besar begitu ya, dan mereka juga mau sharing risk disana kan ya,” kata Toto.
Tak hanya itu, jika Holding Investasi berjalan baik, maka dipercaya makin memperkuat masuknya foreign direct investment (FDI) atau penanaman modal asing langsung.
Dari kondisi itu, lanjut Toto, menjadi salah satu fungsi strategisnya Danantara merealisasikan target pemerintah ihwal pertumbuhan ekonomi 8%.
“Sehingga menurut saya, itu nanti menjadi salah satu fungsi strategisnya BPI Danantara membantu pemerintah bagaimana supaya target pertumbuhan ekonomi 7-8% itu bisa direalisasikan,” ungkap dia.
“Karena kemudian dibantu dengan berbagai macam foreign direct investment yang mereka bisa create dengan menarik global investor masuk. Saya kira itu tujuan strategis dari bagaimana Holding Investasi nanti kemudian bisa dikerjakan dengan baik,” jelasnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)