Diskriminasi, Minyak Sawit Sering Dianggap Jahat

Feby Novalius, Jurnalis
Jum'at 14 Februari 2025 11:10 WIB
Minyak sawit dianggap  jahat dibandingkan kelapa dan minyak zaitun yang dianggap baik. (Foto: Okezone.com)
Share :

BALI - Satuan Tugas Kelapa Sawit International Union for Conservation of Nature (IUCN) mendorong negara-negara penghasil minyak sawit untuk mengelola perkebunannya dengan baik. Pasalnya, minyak sawit dianggap  jahat dibandingkan kelapa dan minyak zaitun yang dianggap baik. 

Kepala Satuan Tugas Kelapa Sawit International Union for Conservation of Nature (IUCN) Erik Meijaard mengungkapkan, sedang banyak diskusi yang membahas terkait peningkatan produksi sawit. Banyak mengangap rencana ini berdampak negatif pada manusia dan lingkungan. 

"Paradoks minyak sawit adalah bahwa peningkatan produksi sebenarnya dapat dicapai di lahan pertanian yang sudah ada dengan meningkatkan hasil panen. Namun, kemungkinan besar ekspansi lahan pertanian tetap akan terjadi karena kelapa sawit menghasilkan jauh lebih banyak minyak per satuan lahan, empat hingga sepuluh kali lebih banyak dibandingkan tanaman minyak lainnya," ujarnya. 

Kebutuhan terhadap lahan sawit yang sangat besar inilah yang menjadi sorotan. Oleh karena itu, penting bagaimana negara-negara penghasil minyak sawit dapat mengelola hal ini dengan baik. 

"Ada sangat sedikit nuansa minyak sawit dianggap jahat, sementara minyak kelapa dan minyak zaitun dianggap baik. Namun, dalam laporan ini, kami menegaskan bahwa tidak ada tanaman minyak yang sepenuhnya baik atau buruk. Yang ada hanyalah pengelolaan yang baik dan pengelolaan yang buruk," ujarnya. 

IUCN pun menegaskan bahwa bukan tanaman yang menyebabkan masalah, tapi lebih kepada pengelolaan tanaman tersebut buruk atau tidak. 

"Yang perlu kita upayakan adalah peningkatan produksi dengan praktik yang lebih baik. Semakin banyak lahan yang bisa kita manfaatkan secara optimal, semakin sedikit kita perlu memperluas ke ekosistem alami, yang tentunya lebih baik bagi lingkungan," ujarnya, 

 

IUCN menilai bahwa sistem agroforestri sekarang sudah banyak diterapkan di perkebunan sawit. Dengan demikian pengembangan sawit tidak lagi monokultur, tapi lebih beragam. 

"Saya dengarkan hari ini dari Sumatera, ada integrasi antara produksi minyak nabati dengan tanaman lain seperti semangka, kopi, dan produk lainnya. Dengan demikian, kita mulai beralih dari sistem monokultur ke sistem yang lebih beragam, yang dapat memberikan manfaat bagi keanekaragaman hayati, komunitas lokal, dan produsen setempat. 

"Dan saya tidak akan mengatakan bahwa itu adalah satu-satunya solusi, tetapi itu pasti merupakan bagian dari solusi yang perlu kita eksplorasi," tambahnya.

(Feby Novalius)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya