Bagaimana Masa Depan Kelapa Sawit Menuju Indonesia Emas 2045?

Dani Jumadil Akhir, Jurnalis
Selasa 25 Februari 2025 19:11 WIB
Bagaimana Masa Depan Kelapa Sawit Menuju Indonesia Emas 2045? (Foto: PTPN)
Share :

JAKARTA - Industri kelapa sawit memiliki peran strategis dalam perekonomian Indonesia, dengan kontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penciptaan lapangan kerja, serta ekspor ke pasar global. 

Perwakilan Direktorat Pangan dan Pertanian Kementerian PPN/Bappenas Puspita Suryaningtyas mengatakan bahwa pada akhir 2024, pemerintah telah mengesahkan Undang-Undang Nomor 59 Tahun 2024 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 sebagai dasar kebijakan menuju Visi Indonesia Emas 2045. 

1. Hilirisasi Industri Sawit

Sejalan dengan itu, hilirisasi menjadi salah satu program yang terus didorong. Sebagai komoditas strategis dalam RPJPN, industri sawit akan didorong hilirisasinya melalui empat aspek utama, yakni penguatan ekosistem industrialisasi, peningkatan kapasitas produksi untuk kebutuhan dalam negeri, penguatan daya saing industri menuju ekspansi global, serta pencapaian target ekspor. 


"Hilirisasi sawit diharapkan akan mendukung pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan, mengingat posisi Indonesia sebagai produsen utama minyak sawit mentah (CPO)," kata Puspita dalam keterangannya, Jakarta, Selasa (25/2/2025).

2. Industri Kelapa Sawit Punya Potensi Besar

Direktur Pemasaran Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) Dwi Sutoro menyampaikan bahwa industri kelapa sawit memiliki potensi besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Namun, tantangan seperti keberlanjutan lingkungan dan tata kelola industri yang lebih efisien tetap menjadi perhatian utama.

"Kami berkomitmen untuk terus memperkuat peran industri sawit nasional melalui optimalisasi produktivitas, hilirisasi produk, serta peningkatan daya saing di pasar global. Upaya ini harus dilakukan secara berkelanjutan dengan memperhatikan aspek lingkungan dan sosial," ujar Dwi.

Dwi menjelaskan bahwa sebagaimana diatur dalam Permenko Nomor 21 Tahun 2022 dan Perpres Nomor 40 Tahun 2023, PTPN terus melakukan berbagai transformasi di seluruh lini perusahaan. Sejalan dengan program prioritas nasional, perseroan terus mengakselerasi berbagai program strategis, termasuk hilirisasi sektor pangan dengan
peningkatan produksi minyak goreng dari 0,3 juta ton menjadi 1,1 juta ton per tahun.

"Sebanyak 78 ribu hektare lahan sawit juga telah diremajakan melalui program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). Selain itu, kami juga terus mengembangkan energi
terbarukan melalui pemanfaatan biogas, Bio-CNG, biodiesel, dan bioetanol," katanya.

Lebih lanjut, Dwi menegaskan bahwa sawit merupakan minyak nabati utama dunia yang harus terus dikembangkan. Oleh karena itu, ia mengajak seluruh pemangku
kepentingan untuk bersama-sama menyusun roadmap pengelolaan sawit guna meningkatkan kontribusinya secara global. 

"Hal ini penting agar semua yang kita lakukan tidak hanya mendukung Indonesia Emas 2045, tetapi juga berkontribusi dalam perekonomian dunia," katanya.

 

3. Target Pertumbuhan Ekonomi 8%

Sementara itu, Dewan Pembina Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) Bungaran Saragih menambahkan bahwa pemerintah telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8%. Untuk mencapai target tersebut, industri sawit harus terus mendorong hilirisasi sebagai salah satu strategi utama. 

"Menurut analisis saya, dengan hilirisasi pertanian yang dipimpin oleh industri sawit, target pertumbuhan ekonomi 8% bukan lagi sekadar mimpi. Sawit harus menjadi pelopor hilirisasi di sektor pertanian kita," ujarnya.

Bungaran juga menekankan pentingnya peningkatan produktivitas dan perluasan kebun sawit, baik milik rakyat maupun perusahaan, dengan tetap berpegang pada
standar keberlanjutan dan reforestasi global. "Jika hal ini dapat kita lakukan, maka kita tidak hanya akan memperoleh keuntungan ekonomi, tetapi juga berkontribusi dalam
menjaga kelestarian lingkungan dunia," tutupnya.

Direktur RPN Iman Yani Harahap menyampaikan bahwa tantangan ke depan yang harus dihadapi salah satunya adalah bagaimana Indonesia bisa memenuhi permintaan dalam negeri dengan tetap mempertahankan devisa dari hasil ekspor. 

“Tentu kita harus mengupayakan keduanya. Artinya, salah satu hal penting yang saat ini harus terus didorong adalah produktivitas sawit,” ujarnya.

Saat ini PT RPN telah menjalankan beberapa strategi peningkatan produktivitas yang akan terus dilakukan. Dari aspek agronomi dan pemuliaan, pihaknya akan melakukan
pengembangan benih unggul yang adaptif terhadap perubahan iklim, peningkatan praktik GAP dan pengelolaan lahan secara berkelanjutan, dan efisiensi efektivitas pemupukan melalui penerapan berbagai teknologi.

Di sisi teknologi pertanian dan inovasi digital, RPN juga melakukan pemanfaatan teknologi sensor dan IoT untuk pemantauan kesehatan tanaman dan manajemen
hara berbasis presisi, penggunaan drone dan citra satelit dalam pemetaan dan pemantauan kebun secara real-time, hingga penerapan mekanisasi perkebunan untuk efektivitas dan efisiensi pekerjaan.

“Dari sisi keberlanjutan, kami terus berupaya melakukan pencegahan degradasi tanah dan perbaikan kualitas tanah melalui konsep kesehatan tanah dengan pemanfaatan
produk samping, penerapan praktik kultur teknis yang ramah lingkungan, sampai dengan implementasi sertifikasi keberlanjutan (ISPO, RSPO),” jelas Iman.

PTPN Group berkomitmen untuk terus berperan aktif dalam penguatan industri kelapa sawit, sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045 yang menargetkan Indonesia menjadi
negara maju dengan ekonomi yang kuat, berkelanjutan, dan inklusif.

(Dani Jumadil Akhir)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya