JAKARTA - Bursa saham AS, Wall Street menyebut perdagangan brutal terjadi di pekan ini karena sentimen penetapan tarif impor oleh Presiden AS Donald Trump. Pasar saham yang sebelumnya sedang meningkat, bahkan mencetak rekor, tiba-tiba merosot tajam setelah Trump mengumumkan tarif impor AS pada mitra dagangnya.
S&P 500 jatuh ke ambang pasar yang lesu ketika seorang pejabat Gedung Putih mengatakan AS menaikan tarif impor terhadap China hingga 104%.
Hal ini pun membuat obligasi mulai turun, imbal hasil treasury 30 tahun melonjak paling tinggi sejak 2022 karena kekhawatiran dana lindung nilai yang menyebar dihentikan dari perdagangan yang telah berlangsung puluhan tahun yang didasarkan pada stabilitas pasar.
Pada perdagangan berikutnya juga obligasi terus dijual. Investor juga terus menjual aset safe haven, pergerakan menjadi tidak berhenti sejak saat itu.
"Ini adalah titik ketika mengalami ketakutan setiap hari. Prospek triwulanan kepada 300 klien ketika reli bantuan Trump terjadi dan membuat perencanaan selama berbulan-bulan menjadi tidak menentu," ujar John Hancock Investments, Matt Miskin, dilansir dari Bloomberg, Sabtu (12/4/2025).
"Ketika volatilitas bertindak seperti ini, likuiditas mengering dan sering kali ada saat-saat di mana berbagai hal dapat berubah dengan cara yang tidak selalu masuk akal. Biasanya beberapa pemain besar yang melihat perdagangan tidak menguntungkan mereka dan harus pindah," ujarnya.
Tarif Trump juga memicu volatilitas lintas aset dari saham, suku bunga, emas, minyak, dan kripto berfluktuasi liar minggu ini.
Seorang Pedagang obligasi di Tudor Investment Corp, Alexander Phillips kehilangan sekitar USD140 juta pada April di tengah volatilitas yang disebabkan oleh tarif.
Fluktuasi dalam Treasury dan dolar telah menyebabkan beberapa orang mempertanyakan status safe haven pemerintah AS yang terkenal.
“Kita harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa pendapatan tetap sangat terganggu dengan cara yang mengubah segalanya,” kata CEO Toews Asset Management Phillip Toews.
Presiden Bank Sentral Boston Susan Collins juga mengatakan bank sentral akan benar-benar siap untuk membantu menstabilkan pasar keuangan jika kondisinya menjadi tidak teratur.
"Pasar terus berfungsi dengan baik dan kami tidak melihat masalah likuiditas secara keseluruhan," katanya.
Perdagangan Senin
- S&P 500 turun 0,2%, mendekati ambang batas pasar bearish.
- Imbal hasil obligasi Treasury di semua jatuh tempo naik, membalikkan penurunan di awal hari.
- Para pedagang memperkirakan empat kali pemangkasan suku bunga Fed tahun ini.
- Dolar naik.
- Emas turun.
Perdagangan Selasa
- S&P 500 anjlok 1,6%, mendekati wilayah pasar yang melemah.
- Imbal hasil Treasury jangka panjang melonjak.
- Dolar jatuh .
- Minyak turun.
- Bitcoin anjlok.
Perdagangan Rabu
- S&P 500 meroket 9,5%, tertinggi sejak krisis keuangan global, sementara Nasdaq 100 melonjak 12%. Rekor 30 miliar saham senilai USD1,5 triliun berpindah tangan.
- Imbal hasil obligasi AS dua tahun sempat melonjak melewati 4%. - Pedagang memangkas taruhan pemangkasan suku bunga The Fed.
- Goldman Sachs membatalkan perkiraan resesi AS.
Perdagangan Kamis
- S&P 500 anjlok 3,5% karena euforia mereda.
- Dolar mengalami hari terburuk sejak 2022.
- Penjualan obligasi pemerintah AS 30 tahun yang solid gagal memicu reli.
- Minyak turun.
- Emas naik.
Perdagangan Jumat
- S&P 500 melonjak hampir 2% untuk reli mingguan terbaiknya sejak 2023.
- Imbal hasil obligasi 30 tahun AS turun meskipun masih tetap naik sebesar 45 basis poin sejak Jumat lalu.
- Dolar jatuh
- Euro dan Bitcoin naik.
(Feby Novalius)