Chief of Public Affairs Grab Tirza R Munusamy menambahkan bahwa setidaknya ada tiga profil mitra driver Grab, pertama, orang yang memang tidak memiliki pekerjaan lain, kedua, orang yang mencari penghasilan tambahan alias punya pekerjaan tetap dan ketiga, orang yang mengisi waktu luang seperti mahasiswa atau ibu rumah tangga.
Tirza mengatakan bahwa perubahan status driver menjadi pegawai tentu akan mengikat mereka dalam kontrak kerja dengan aplikator, sehingga, pekerjaan sebagai driver ojol tidak lagi memiliki fleksibilitas waktu, yang merupakan salah satu daya tarik utama bagi para mitra.
"Kami sebetulnya menjadi bantalan sosial juga, misalnya untuk orang yang menunggu panggilan kerja, mahasiswa yang butuh uang tambahan, dan sebagainya. Karena fleksibilitas ini, mereka bisa narik atau tidak, itu terserah mereka," ujarnya.
Menurut Tirza, perubahan status menjadi pegawai tidak cocok dengan profil mayoritas mitra driver saat ini. Bahkan, tuntutan perubahan ini bisa berdampak besar terhadap pengurangan jumlah driver.
"Kalau diubah menjadi karyawan tetap, marwahnya menjadi tidak cocok. Ada beberapa hal yang akan terjadi: pertama, jumlah driver pasti tidak akan sebanyak sekarang karena ada hak dan kewajiban yang harus dipenuhi baik oleh pekerja maupun pemberi kerja," tambahnya.
Senada dengan itu, Presiden On-Demand Services GoTo Catherine Hindra Sutjahyo menyatakan bahwa sistem kemitraan dengan driver justru mengutamakan fleksibilitas. Para driver dibebaskan untuk beroperasi atau tidak karena tidak terikat langsung dengan perusahaan.
"Jadi, kami melihat ini sebagai model yang justru menarik. Model yang memberikan fleksibilitas terhadap ekosistem untuk menyerap lebih banyak orang yang ingin berkarya dan mencari pendapatan tambahan," pungkasnya.
(Dani Jumadil Akhir)