JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa peningkatan lifting minyak nasional sangat mungkin dicapai. Menurutnya, hanya orang malas yang tidak bisa mengejar target tersebut.
Bahlil menyatakan peningkatan lifting minyak bisa dilakukan asalkan ada kemauan dan kerja keras. Salah satunya dengan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap berbagai regulasi yang ada.
"Pertanyaannya adalah bisa gak kita naikkan lifting? Saya katakan, bisa. Begitu saya masuk, ngecek 6 bulan, kita perbarui semua regulasi. Jadi kalau ditanya, apakah bisa? Hanya orang malas yang gak bisa," tegas Bahlil Dalam acara Energi Mineral Forum, Senin (26/5/2025),
Bahlil juga menyinggung perdebatan lama terkait skema pengelolaan minyak antara gross split dan cost recovery. Menurutnya, fokus utama haruslah pada hasil akhir yang memberikan keuntungan adil bagi pengusaha dan negara.
“Yang penting minimal IRR-nya 13%, tengah-tengah 15%, maksimal 17%. Supaya pengusaha dapat, negara dapat, tapi juga kedaulatan energi kita bisa kita wujudkan,” jelasnya.
Dia mencontohkan keberhasilan pemerintah meresmikan produksi 20 ribu barel minyak, dan menargetkan tambahan 30 ribu barel pada Juli mendatang dari wilayah Cepu.
Bahlil juga menyebutkan rencana produksi besar-besaran oleh ENI di tahun 2027–2028 dengan kapasitas 1.500 MMSCFD gas dan 90 ribu barel konsentrat minyak.
Lebih lanjut, Bahlil menyindir praktik impor BBM dari negara yang tidak memiliki sumber minyak seperti Singapura. Ia menilai hal tersebut tidak logis dan merugikan.
“Kita impor minyak dari negara yang nggak ada minyaknya. Kan lucu ini dunia ini,” ucapnya.
Dia menambahkan agar lebih baik impor dilakukan langsung dari Timur Tengah yang secara logistik dan harga lebih masuk akal dibanding dengan Singapura yang tidak memiliki minyak sama sekali.
“Middle East kita bawain kita, masih jauh lebih berharga daripada Singapura. Karena dia nggak punya minyak, kan kira-kira begitu. Logikanya kan,” pungkasnya.
(Taufik Fajar)