JAKARTA - Indonesia secara aktif menawarkan peluang investasi di sektor mineral kritis kepada Amerika Serikat (AS), melalui kerja sama dengan Danantara. Tawaran ini merupakan bagian dari negosiasi tarif impor Trump yang sedang berlangsung antara kedua negara.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, tawaran investasi mineral kritis ini akan difokuskan pada proyek-proyek brownfield yang sudah ada di Indonesia.
"Dan Indonesia juga menawarkan ke AS, critical mineral ke AS bersama Danantara untuk melakukan investasi di dalam ekosistem critical mineral, dan Indonesia sendiri juga sudah mengatakan bahwa kebutuhan Indonesia untuk energi dan agrikultur itu sebagian juga akan diambil dari AS," ungkap Airlangga kepada wartawan, Jakarta, Senin (30/6/2025).
Namun, lanjut Airlangga, yang menjadi daya tarik utama tawaran Indonesia saat ini adalah investasi untuk ekosistem kendaraan listrik (EV). "Nah sekarang yang kita tawarkan untuk EV ekosistem. Nah EV ekosistem itu terkait dengan nikel dan yang lain. Dan ini sudah bagi Amerika ini cukup menarik, tawaran Indonesia ini cukup menarik," ujarnya.
Meskipun tawaran telah disampaikan, Airlangga tidak dapat merinci proyek spesifik karena adanya perjanjian non-disclosure. Namun, ia menegaskan bahwa detail proyek akan dibahas lebih lanjut dalam pembicaraan dengan pihak AS.
"Proyek spesifiknya, nanti spesifik juga dalam pembicaraan dengan Amerika. Karena kita kan ini ada non-disclosure. Sudah kita, kita sudah tawarkan," kata dia.
Terkait tenggat waktu negosiasi dengan pemerintahan AS, Airlangga menyebut bahwa jadwalnya terus berkembang, namun perkiraan berada di sekitar 8 atau 9 Juli, dengan AS menyatakan tanggal 9 Juli. "Tapi beda 8 sama 9 kan beda-beda tipis," imbuhnya.
Pemerintah Indonesia, lanjut Airlangga, terus berkomunikasi secara intensif dengan AS, baik secara tertulis maupun langsung. "Pemerintah sudah terus berkomunikasi, baik secara tertulis. Jadi kita sudah memberikan Indonesia punya second offer dan ini sudah diterima oleh AS," jelasnya.
Komunikasi juga telah dilakukan dengan United States Trade Representative (USTR), Secretary of Commerce, dan Secretary of Treasury AS. Tim negosiasi Indonesia saat ini bersiaga di Washington untuk merespons jika ada perubahan atau klarifikasi lebih lanjut.
Mengenai peran USTR dalam investasi mineral kritis di Indonesia, Airlangga menyoroti bahwa AS sudah memiliki kehadiran signifikan dalam mineral kritis seperti tembaga melalui Freeport sejak tahun 1967.
Airlangga menjelaskan, ke depan, mineral kritis sangat dibutuhkan untuk ekosistem industri elektronik, peralatan militer, dan juga antariksa yang semuanya membutuhkan tembaga.
(Dani Jumadil Akhir)